Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyuarakan Keresahan Lewat Cerita: Pentingnya Film dan Sastra Sebagai Media Kritik Sosial

4 Januari 2025   14:29 Diperbarui: 4 Januari 2025   14:29 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentingnya Film dan Sastra Sebagai Media Kritik Sosial, Photo by Ivan Samkov: pexels.com

Bahkan dalam karya saya yang lain, di Tabloid OPOSISI pada tahun 2011 kemudian hijrah ke Harian Terbit hingga 2013, saya dipercaya menulis Rubrik Satire Politik berjudul Ketoprak Politik.

Kondisi bangsa kala itu saya kemas dalam sebuah panggung sandiwara Ketoprak, yang oleh Pimpinan Redaksinya, almarhum M.Djoko Yuwono, pernah dijelaskan olehnya mengapa pada akhirnya memberikan kesempatan saya sebagai penulis pemula kala itu.

Menurutnya, kemampuan saya mengelola cerita dengan isu yang ada sangat menarik. Padahal, itu semua hanyalah kumpulan keresahan, kekesalan, dan kemuakkan saya terhadap kondisi saat itu.

Namun, pembaca bisa menikmati karya itu sebagai sebuah cerita yang mengalir dan seolah-olah pernah terjadi, tapi langsung pula menyatakan bahwa itu semua hanyalah dunia rekaan saya semata.

Kolaborasi Film dan Sastra

Saat film dan sastra bersinergi, dampaknya bisa luar biasa. Adaptasi novel menjadi film, seperti Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, telah berhasil menyentuh audiens yang lebih luas. 

Kolaborasi semacam ini memperkuat pesan sosial yang ingin disampaikan, seperti pentingnya toleransi dalam masyarakat yang majemuk.

Menurut data yang dilansir dari UNESCO, lebih dari 80% masyarakat dunia terpapar pesan sosial melalui film dan buku setiap tahunnya. 

Angka ini menunjukkan betapa besar pengaruh kedua media tersebut dalam membentuk opini publik.

Film dan sastra bukan hanya alat hiburan; mereka adalah medium yang mampu menyuarakan keresahan dan menggugah perubahan.

Dengan menggali isu-isu yang relevan, kedua bentuk seni ini dapat menjadi katalis bagi diskusi yang lebih besar tentang masa depan masyarakat kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun