Sastra memiliki kekuatan untuk menyuarakan apa yang tak terucapkan. Dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, kita diajak melihat perjuangan anak-anak di Belitung untuk mengakses pendidikan.Â
Novel ini menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk lebih peduli terhadap pentingnya pendidikan, terutama di daerah terpencil.
Menurut Literary Hub, sastra adalah "jendela ke dalam jiwa manusia." Melalui cerita-cerita yang personal dan mendalam, sastra dapat menghubungkan pembaca dengan realitas yang mungkin jauh dari pengalaman mereka.Â
Contoh lainnya adalah karya Pramoedya Ananta Toer, seperti Bumi Manusia, yang mengkritik kolonialisme dan ketidakadilan sosial di masa lalu.Â
Dalam konteks ini, sastra menjadi alat untuk menantang status quo dan mendorong pemikiran kritis.
Pengalaman Pribadi dalam Menggunakan Media
Sebagai penulis skenario dan novelis, saya mencoba menggunakan karya saya untuk mengangkat isu-isu sosial. Misalnya, cerita di Film pendek The Seller mengkritik bagaimana penanganan pedagang kecil lewat kemasan horor komedi.Â
Tokoh-tokoh dalam cerita ini dihadapkan pada realitas pahit yang mencerminkan keresahan masyarakat modern tentang kesulitan ekonomi dan perjuangan seorang pedagang kecil.
Selain itu, melalui setting fiksi seperti Negeri Tembokto dalam cerita-cerita saya, saya mencoba menciptakan ruang untuk mengeksplorasi keresahan kolektif.Â
Karakter seperti Wagyuman, seorang tukang tambal ban yang vokal, adalah representasi dari suara rakyat kecil yang sering kali diabaikan.Â
Dalam karya ini, satire menjadi alat yang kuat untuk menyampaikan pesan tanpa kehilangan elemen hiburan.