Wagyuman menambahkan sambil tersenyum lebar. "Betul, Mpok. Kayak tambal ban lagi. Kalau saya sibuk nego harga, pelanggan lupa nanya kualitas tambalannya."
Kusnad menghela napas. "Dan ini akan terus berulang kalau kita cuma jadi penonton yang diam. Rakyat perlu paham kalau suara mereka bukan cuma buat debat di warung."
Pak Wira tersenyum sinis sambil mengaduk wedang jahe dengan semangat. "Bukan cuma penonton, Kus. Kita ini penonton yang bayar tiket mahal untuk nonton sandiwara yang ending-nya udah ketebak."
Suara tawa kecil terdengar di warung itu, namun ada nada getir yang sulit diabaikan.Â
Di negeri Tembokto, kehidupan terus berjalan. Entah kemana arah angin kebijakan selanjutnya, rakyat hanya bisa menunggu dan berharap, sambil tetap berusaha bertahan di tengah semua ketidakpastian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H