Keesokan harinya, media pemerintah menulis berita: "Demo Berakhir Damai, Rakyat Bahagia dengan Kenaikan Pajak."
Dan begitulah, di negeri Tembokto, ironi terus berjalan. Pajak tetap naik, rakyat tetap sabar, dan para pejabat terus berpelesir. Akhirnya, hanya satu pelajaran yang tersisa: di Tembokto, hidup memang mahal, tapi ironi gratis.
Kasihan, Pak Wagyuman dan Mpok Jumi, serta tokoh vokal lainnya eksodus dari Negeri Konangan ke Tembokto hanya demi menghindari pajak, nyatanya malah bertemu aneka pajak di luar nurul yang sungguh menggila.
"Enak Zamanku Tooo..."
Pak Wagyuman hanya tersenyum miris dan melempar sandal jepitnya ketika melihat poster tokoh pembangunan di negeri Tembokto.
"Semprul! Malah ngeledek,"
Sabar ya pak...sabar..begitu juga kalian, karena selanjutnya akan ada serial semprul mengenai uniknya negeri Tembokto ini.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H