Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menerawang Nasib Timnas dan Shin Tae-yong Setelah Kekalahan Atas Vietnam

16 Desember 2024   06:10 Diperbarui: 16 Desember 2024   09:40 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika pertama kali STY datang dan mulai berkiprah, saya bukan saja mengamati tapi kerap menulis tentangnya dan perkembangan timnas di media online Bondowoso Network, tempat saya menjadi penulis konten di sana. Anda bisa membaca salah satunya di sini.

STY sejak jadi pemain hingga tampil sebagai pelatih dikenal sebagai orang yang cerdas dan cerdik. Jika tidak, mana mungkin ia bisa menggebarak dunia ketika memimpin Korsel di Piala Dunia 2018 saat mengalahkan Jerman 2-0.

Penampilan Korea Selatan saat itu pun sebenarnya juga tidak terlalu buruk, meski kalah saat melawan Swiss 1-0 dan Meksiko 2-1, faktanya tim-tim hebat itu "hanya" menang tipis.

Sayangnya, penonton sepak bola dimanapun di penjuru dunia ini merupakan kaum fanatik yang selalu ingin tim kesayangannya menang.

Mereka hanya ingin dan tahunya tim harus menang,  apapun caranya, tanpa mau peduli proses serta sulitnya mereka berjuang melawan tim lawan.

Tak bisa dipungkiri memang, karena sepak bola saat ini merupakan sebuah industri hiburan yang di dalamnya berputar uang milyaran dolar. Wajar jika penonton selalu ingin dimanja lewat kemenangan, karena hanya dengan begitu mereka merasa dihibur.

Begitupun dengan penonton fanatik timnas di Indonesia, terutama mereka para netizen yang bagaikan hantu karena terus menghantui dengan komentar-komentar "sadis" nya jika timnas kalah.

Ketika menyaksikan pertandingan semalam, entah mengapa, saya tidak merasakan kecemasan seperti ketika menyaksikan pertandingan timnas sebelum dipegang STY.

Beberapa kali memang sempat cemas dan kecewa, namun semalam, saya melihat perjuangan anak-anak asuh STY yang rata-rata masih berusia di bawah 22 tahun itu sungguh sangat luar biasa.

Bayangkan, timnas Vietnam semalam adalah tim senior dan yang diturunkan pun boleh disebut sebagai tim intinya. Pengalaman mereka bertanding sudah barang tentu jauh jika ingin dibandingkan timnas kita semalam.

Begitupun jika melihat waktu yang tersedia saat pembentukan tim serta ketika kita menjalan turnamen ini, anak-anak asuh STY harus berjuang dengan ketatnya kompetisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun