Fenomena cuplikan atau potongan video yang beredar luas seperti ini bukanlah untuk pertama kalinya, sudah tak terhitung lagi banyaknya, mulai dari yang memberikan hiburan hingga menuai hujatan.
Sebutlah Habib Riziq Shihab, untuk orang yang berbeda "circle"Â dengannya, image yang ada di pikirannya pasti negatif dan seram. Tentu bukan atas dirinya yang sebagai tokoh agama Islam, melainkan kepada figur personalnya.
Padahal, jika kita benar-benar ingin cover both side, coba untuk melakukan "tabayun" melihat video-video potongannya secara utuh, atau bertemu langsung dengannya, pasti akan memiliki anggapan berbeda.
Framing media lewat cuplikan video viral ini, baik yang disengaja maupun tidak akan terus berlangsung dan bisa menyerang siapapun yang dianggap kontra dengan kelompoknya.
Bangsa dan warga negara Republik Indonesia ini sekarang jadi gampang tersulut api provokasi yang ditebarkan oleh pihak-pihak pembenci persatuan di negeri ini.
Siapa mereka? jelas, orang yang tidak ingin bangsa ini bersatu seperti slogan Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa.
Fenomena sosial di media sosial yang riuh dan cenderung mengundang perpecahan manakala tidak disikapi dengan baik, rasanya hal ini perlu kita sadari bersama.
Jika terjadi lagi adanya video viral dari tokoh-tokoh dan selebriti negeri ini, mari coba kita posisikan di pihak yang netral hingga akhirnya jika masuk ke rangkaian peristiwa hukumnya, kita tetap netral dan tak terlihat merugikan banyak orang.
Gus Miftah bersalah, mungkin, sama juga dengan yang lainnya, sesungguhnya ia bisa menjadi korban dari pelintiran dan "gorengan" info yang terkadang sengaja dibuat untuk kepentingan tertentu.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H