Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gus Miftah dan Candaannya serta Fenomena Sosial di Media Sosial

4 Desember 2024   08:50 Diperbarui: 4 Desember 2024   10:51 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram @gusmiftah

Dia menyebut apa yang dilakukannya itu hanyalah gaya syiar saja, bukan hal yang benar-benar dimaksudkan untuk menghardik serta menghina seseorang.

"Itulah guyonan atau gaya bahasa dalam penyampaian syiar, dalam penyampaian sebuah cerita, yang dimaknai dengan pertanda-pertanda yang menurut Gus itu merupakan intermezo dan menarik perhatian khayalak ramai," kata Herdian Saksono.

Bahkan rekan Gus Mitfah, Gus Yusuf Chudlori, juga memberikan pembelaannya.

Pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang yang hadir dalam kajian itu merasa tidak ada maksud kasar dari yang bersangkutan.

Mereka yang ikut hadir juga meyakini bahwa itu merupakan candaan spontan Gus Miftah karena hal seperti itu juga kerap dilakukan di setiap ceramahnya guna membuka pemahaman serta mengakrabkan diri dengan jamaahnya.

"Toh Gus Miftah juga sering borong bakul-bakul es seperti itu, ngelarisi jajanan-jajanan punya jamaahnya. Jadi tolong jangan dipotong videonya. Kalau bisa, datang langsung ke majelisnya agar paham cara beliau berinteraksi," ujar Gus Yusuf.

Ketika secara kebetulan saya melihat potongan video itu di beranda media sosial, jika dilihat dari kata G****k yang dilontarkannya memang tidak pantas diucapkan oleh tokoh sekaliber dia.

Namun, ketika dijelaskan itu sebagai sebuah candaan, saya juga tak menampik hal itu. Apalagi ketika memperhatikan video-video lain dari Gus Miftah, saya menilainya, memang suka ceplas-ceplos di dalam bercanda.

Mengapa saya seperti memberikan toleransi bahwa perkataannya itu sebuah candaan, meski terdengar kasar? karena saya pernah (dan masih) hidup di dunia "anak tongkrongan".

Sebagai seniman, di saat nongkrong bareng, rasanya tak ada filter di dalam setiap ucapan kami. Benar-benar keluar apa adanya yang bisa jadi akan dinilai cacian, hinaan dan ejekan bagi orang di luar "circle".

Bahkan menurut saya, ucapan Gus Miftah itu masih tergolong sopan bagi anak-anak tongkrongan karena segala kata bisa terucap di sana dan sepertinya telah terjadi kesepakatan bahwa tidak boleh ada yang tersinggung akibat lontaran kata-kata tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun