Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Potong Satu Generasi Bangsa Mustahil? Lihat STY dan Erick Thohir dengan Timnas Sepakbolanya

23 November 2024   07:07 Diperbarui: 23 November 2024   08:21 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika Jokowi dianggap melakukan politik dinasti, lantas bagaimana yang lain, terutama terhadap praktik-praktik pilkada di daerah yang juga mempratikkan hal tersebut.

Maksudnya begini, jangan segala protes yang kita lakukan hanya berdasarkan "like or dislike" semata, tapi lebih kepada kritikan yang membawa solusi. Meski kalimat terakhir saya ini pun seringkali diplintir oleh pihak-pihak yang tak ingin disalahkan.

Di tengah kesemrawutan tersebut, ada setitik oase yang sebenarnya harus didukung bersama, yaitu ketika timnas sepakbola mulai unjuk gigi dengan mengeluarkan taring tajamnya kemarin saat mengalahkan Arab Saudi. 

Bahkan sebelumnya pun sudah pernah mengalahkan Australia dan Korea Selatan bukan? Cek beritanya saja sendiri-sendiri ya...

Ya, cara yang dilakukan Shin Tae-yong (STY) kemudian di dukung oleh Erick Thohir (Etho) sebagai ketua umum PSSI, telah sedikit membuktikan "effort" nya.

Jangankan untuk masuk sampai ke babak seperti sekarang, mengalahkan para raksasa Asia itu saja di era lalu sangatlah sulit bahkan hampir mustahil.

Dan coba kita lihat bagaimana kepengurusan serta bentuk hasil pelatihan di era lalu?

Semua penuh dengan intrik. Mulai dari kasus suap, titipan pemain, dan efek komersialisasi dan politisasi kebablasan sehingga tujuan memajukan persepakbolaan tanah air hanyalah omong kosong belaka.

STY dan Etho adalah duet maut yang ingin memajukan persepakbolaan di tanah air secara sungguh-sungguh. Setidaknya itu dari kacamata saya dalam memandang hal tersebut.

Mungkin, STY sangat terpaksa harus melakukan "naturalisasi" pemain. Yang itupun tidak asal, syarat utamanya adalah diaspora atau adanya persinggungan "lahir" dengan tanah air ini.

Mengapa kebanyakan dari Belanda dan atlit muda? Tanya saja STY, namun saya coba menganalisa, mungkin karena kita pernah dijajah Belanda sehingga banyak menghasilkan generasi "persilangan" dua negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun