Musim hujan datang dan Jakarta Banjir! itu adalah kalimat biasa yang juga sudah membuat penduduk di Jakarta menjadi terbiasa mendengarnya.
Sudah jadi cerita lama yang diulang setiap tahun ketika Jakarta banjir dan tentunya ini bukan hanya mengganggu, tapi membuat banyak orang lelah, marah, bahkan mungkin pasrah.Â
Di setiap musim hujan tiba, pertanyaan yang selalu muncul adalah: apa yang menyebabkan Jakarta banjir, dan siapa yang harus bertanggung jawab?
Jika coba melihat secara umum berdasarkan pengalaman dan informasi yang ada, inilah beberapa hal yang bisa dikatakan sebagai penyebab banjir di Jakarta.
1. Curah Hujan dan Perubahan Iklim yang Makin Tak Menentu
Mari mulai dengan membahas dari yang paling dasar: hujan. Jakarta dan wilayah sekitarnya sering mendapat curah hujan tinggi di akhir tahun.Â
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah sering kali memperingatkan bahwa hujan kali ini berpotensi lebih deras atau lebih lama.Â
Dan, memang dampaknya terasa. Kota yang padat penduduk ini sepertinya memang sudah sangat kesulitan menangani air yang datang berlimpah.
Perubahan iklim global makin memperparah keadaan. Hujan deras yang ekstrem bisa lebih sering terjadi dari yang kita bayangkan. Lihatlah dalam beberapa hari ini dan juga beberapa hari ke depan nanti.Â
Namun ternyata, di negara-negara lain dengan curah hujan serupa, banjir bukanlah masalah menahun. Jadi, jelas ada faktor lain yang memperumit situasi di Jakarta.
2. Alih Fungsi Lahan dan Minimnya Area Resapan
Jakarta dulunya memiliki lebih banyak ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai resapan air alami. Namun, seiring perkembangan kota, banyak area tersebut sudah beralih fungsi menjadi gedung, jalan, dan pemukiman.Â
Tempat-tempat yang seharusnya bisa menyerap air hujan kini semakin sedikit, membuat aliran air langsung menggenang di permukaan.
Pembangunan yang masif ini sering kali dilakukan tanpa memperhitungkan sistem drainase yang baik!
Bangunan baru muncul di mana-mana, tetapi apakah lingkungan sekitar siap menangani limpahan air yang dibawanya? Area resapan air berkurang drastis, dan hasilnya, air sulit meresap, malah langsung menggenangi jalanan.
3. Drainase Lama dan Sungai yang Sering Tersumbat
Permasalahan lain yang tak kalah besar adalah sistem drainase yang kurang memadai. Saluran air di Jakarta sudah tua, dan sebagian besar tidak cukup lebar untuk menampung aliran air yang meningkat.Â
Selain itu, kebiasaan membuang sampah sembarangan ke sungai dan selokan membuat aliran air sering kali terhambat. Ketika hujan deras datang, air yang seharusnya mengalir lancar justru terhenti, menyebabkan banjir.
Guys, kebiasaan ini adalah tanggung jawab kita semua, bukan hanya pemerintah. Sungai-sungai seperti Ciliwung dan Pesanggrahan yang sering kali meluap saat musim hujan seakan-akan sudah menjadi pemandangan umum.Â
Masalah ini tak bisa diselesaikan jika kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan terus berlanjut!
4. Solusi Normalisasi dan Naturalisasi Sungai
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. telah mencoba beberapa langkah untuk mengatasi banjir melalui proyek normalisasi dan naturalisasi sungai.Â
Normalisasi yang bertujuan untuk memperlebar sungai agar air lebih cepat mengalir tampak logis di atas kertas, tetapi dalam praktiknya sering terhambat oleh masalah pembebasan lahan dan biaya yang tidak sedikit.Â
Di sisi lain, naturalisasi berupaya mengembalikan fungsi ekosistem sungai agar lebih alami, meski masih memerlukan waktu untuk benar-benar efektif.
Keduanya adalah langkah positif, tetapi keberhasilannya sangat bergantung pada dukungan penuh dari pemerintah pusat, daerah, dan tentunya kita sebagai masyarakat. Tanpa dukungan bersama, upaya ini mungkin akan berjalan lambat.
5. Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Banjir Jakarta adalah masalah yang rumit dan tidak bisa diselesaikan hanya oleh satu pihak. Pemerintah jelas memiliki tanggung jawab besar dalam memperbaiki infrastruktur, tetapi masyarakat juga punya peran penting dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Kebiasaan sederhana, seperti tidak membuang sampah sembarangan, mungkin terdengar sepele, tetapi bisa memberikan dampak besar pada aliran air di selokan dan sungai.
Kita juga harus mulai mendukung kebijakan yang memperhatikan keberlanjutan lingkungan, seperti mempertahankan ruang terbuka hijau atau mendukung pembangunan yang ramah lingkungan.Â
Banjir adalah masalah yang membutuhkan kerja sama dari semua pihak. Jadi, daripada saling menyalahkan, mari kita sama-sama melakukan perubahan kecil yang bisa berdampak besar.
Yakinlah, siapapun Gubernurnya, jika kita masih bersikap sama, maka hasilnya pun akan tetap sama, Banjir!
Banjir mungkin akan tetap menjadi bagian dari Jakarta, tetapi bukan berarti kita tidak bisa berusaha memperbaiki situasi.Â
Dengan dukungan, komitmen, dan perubahan kebiasaan, Jakarta bisa menjadi kota yang lebih siap menghadapi musim hujan di masa depan.Â
Jadi, jika Jakarta banjir salah siapa? Jelas salah kita semua, tetapi solusinya juga ada di tangan kita bersama.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H