Padahal sebenarnya mereka tidak memiliki dan melihat informasi kesehatan tersebut, dan celakanya hal inilah yang justru menyebabkan rasa khawatir atas Kesehatan mental mereka.
Mengapa self diagnosis menjadi sedemikian populernya, dan apa saja risiko yang mungkin ditimbulkannya? Berikut penjelasannya.
1. Mengapa Self Diagnosis Begitu Marak di Media Sosial?
Kehadiran influencer dan konten kreator yang berbagi pengalaman pribadi tentang kesehatan mental sering kali membawa dampak positif.Â
Mereka membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan memberikan ruang aman bagi orang-orang yang mengalami perasaan serupa. Namun, kemudahan ini juga menghadirkan risiko self diagnosis, karena:
- Informasi yang Tidak Selalu Akurat: Tidak semua konten kesehatan mental yang beredar didasarkan pada bukti ilmiah atau panduan dari para ahli.
- Pengaruh Algoritma: Media sosial menggunakan algoritma yang membuat orang terus-menerus terpapar konten serupa, menciptakan ilusi bahwa mereka mengalami kondisi yang sama seperti yang mereka lihat.
- Rasa Koneksi dan Validasi: Banyak pengguna media sosial merasa bahwa mereka menemukan jawaban atas masalah mereka dan merasa divalidasi oleh pengalaman orang lain.
2. Dampak Negatif Self Diagnosis
Meskipun kesadaran diri terutama tentang kesehatan mental penting, self diagnosis dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, termasuk:
- Salah Diagnosa dan Penanganan: Self diagnosis dapat menyebabkan seseorang salah mengidentifikasi kondisi mental yang mereka alami. Misalnya, seseorang yang merasa gelisah mungkin berpikir bahwa mereka menderita gangguan kecemasan berat, padahal mungkin hanya mengalami stres biasa yang dapat dikelola dengan dukungan yang lebih ringan.
- Mengabaikan Penanganan Profesional: Orang yang melakukan self-diagnosis mungkin enggan mencari bantuan profesional karena merasa telah menemukan jawaban mereka sendiri. Hal ini bisa memperburuk kondisi mereka atau menyebabkan perawatan yang tidak efektif.
- Munculnya Efek Nocebo: Ketika seseorang percaya bahwa mereka memiliki gangguan mental tertentu, mereka mungkin mulai merasakan gejala-gejala yang sebenarnya tidak ada (efek psikologis yang dikenal sebagai efek nocebo).
3. Kapan Informasi di Media Sosial Bermanfaat?
Meskipun memiliki risiko, media sosial juga dapat berperan positif dalam meningkatkan literasi kesehatan mental. Beberapa manfaat yang bisa diperoleh adalah:
- Meningkatkan Kesadaran dan Empati: Diskusi terbuka tentang kesehatan dapat mengurangi stigma dan membuat orang lebih sadar akan pentingnya merawat kesehatan fisik dan mental mereka.
- Membantu Orang Agar Merasa Tidak Sendirian: Melihat orang lain berbicara tentang pengalaman mereka bisa memberikan rasa koneksi, yang sangat penting untuk kesehatan emosional.
Namun, penting untuk memanfaatkan informasi tersebut dengan bijak. Jika merasa memiliki gejala yang signifikan, langkah terbaik tetaplah berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional .
4. Tips Menghindari Self Diagnosis Berlebihan
- Cek Sumber Informasi: Pastikan konten kesehatan yang Anda terima berasal dari sumber yang kredibel, seperti dokter berlisensi atau organisasi kesehatan terkemuka.
- Jangan Mudah Percaya pada Generalisasi: Ingatlah bahwa setiap individu unik. Gejala yang sama mungkin memiliki penyebab yang berbeda untuk setiap orang.
- Diskusikan dengan Ahli: Jika Anda merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan kesehatan fisik ataupun mental Anda, konsultasikan dengan dokter, psikolog atau psikiater yang dapat memberikan diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai.