Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Jaga Anak Anda dan Keluarga dari Kaum Pedofil dan LGBT yang Kian Merajalela!

12 Oktober 2024   10:09 Diperbarui: 12 Oktober 2024   10:43 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Youtube Podcast Close The Door

Saya sebagai seorang kepala keluarga, miris rasanya ketika mendengar berita-berita miring tentang segala sesuatu yang merusak mental anak-anak.

Suami, istri dan anak, itulah komponen keluarga yang harus disadari penuh sebagai satu lingkup perjuangan di dalam menjaga keutuhannya.

Mengapa masalah tentang keluarga ini pada akhirnya saya tulis menjadi artikel adalah karena pagi tadi baru saja melihat Podcast Close The Door milik Deddy Corbuzier di kanal Youtube.

Mendadak sesak dada ini karena dipenuhi oleh kegeraman!

Apa yang dibahas di program tersebut adalah tentang berita viral di pekan ini, yakni tentang terbongkarnya sebuah praktek pelecehan seksual dan pedofilia sodomi di sebuah Panti Asuhan di daerah Tangerang, Provinsi Banten.

Yayasan Panti Asuhan Darussalam An'nur adalah tempat terjadinya praktek nista dan biadab itu. Praktik pencabulan sesama jenis ini diduga sudah berlangsung semenjak panti asuhan berdiri, yakni sekitar 2006.

Dilansir dari kompas.com, Total korban per Rabu (9/10/2024), menjadi delapan orang. Rinciannya, lima di bawah umur dan tiga dewasa.

Namun menurut Dean Desvi saat diundang di Podcast tersebut dan tayang pada Jumat,(11/10/2024), jumlahnya yang sudah "speak up" kepadanya sebanyak 23 anak!

Desvi sendiri tampak geram karena peristiwa ini dilakukan oleh orang yang sangat dikenalnya, teman sekolahnya sejak SMP, yaitu Sudirman, yang merupakan sang Ketua Yayasan Panti Asuhan.

Menurut Desvi, ia yang memiliki Yayasan Pendidikan jika ada santunan dari pihak lain melaluinya, akan disalurkan ke Panti asuhan yang dikelola kawannya itu.

Semua praktek bejat ini diketahui setelah adanya aduan salah seorang anak kepada Hasan sebagai guru tetap di sana, namun ia tidak ikut tinggal di Panti Asuhan tersebut.

Tiga orang sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian, yaitu Sudirman (49) sebagai pemilik Yayasan, Yusuf Bachtiar (30) sebagai Pengurus Operasional Yayasan dan Yandi Supriyadi (29) sebagai pengurus yayasan.

Yandi dikabarkan kabur dan telah dijadikan buron serta masuk ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) oleh pihak kepolisian.

Polisi juga menemukan unsur tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di luar praktik kekerasan seksual sesama jenis para pelaku.

Sungguh biadab!

Jika kita telusuri kasus seperti ini memang makin banyak dan pernah coba disampaikan lewat film Siksa Kubur karya Joko Anwar. 

Dan masih dalam pekan-pekan sebelumnya, di luar negeri pun ada kasus mirip yang menghebohkan dunia, yaitu tentang P Diddy yang menyeret banyak selebritis menjadi korban pencabulannya pula.

Kasus di luar negeri mungkin jika tidak menjadi ketertarikan adalah hal wajar, namun ketika kasus seperti ini terjadi di negeri sendiri dan bukan merupakan kasus pertama, bahkan bisa diduga seperti fenomena gunung es, ini merupakan musibah kematian moral yang luar biasa.

"Sebentar, saya coba ingin menangkap, ini berarti seperti Multi Level Marketing Pedofilia Sodom?" ungkap Deddy menamakan sendiri peristiwa bejat nan tragis itu.

Menurut Deddy pula, ini sudah merupakan apa yang di istilahkan dengan Grooming, yakni bentuk kejahatan asusila pada anak, dengan si pelaku biasanya merayu dan melakukan tipu muslihat pada korban.

Ini merupakan sebuah kejahatan seksual yang Terstruktur, Sistematis dan Masif (TSM). Bukan sebuah kebetulan belaka karena tidak tertahankannya hawa nafsu!

Ini sebuah perencanaan dan tindakan melembagakan kemaksiatan dalam koridor pemahaman kaum Lesbian Gay Homoseksual dan Transgender (LGBT)!

Kaum LGBT ini bukan lagi sedang speak up meminta eksistensinya diakui dengan beragam dalih, namun mereka juga melancarkan serangan aktif, baik melalu pola pikir maupun aksi nyata seperti pelembagaan organisasi seperti dalam kasus ini.

Tidak bisa tentunya kita lantas memukul rata bahwa setiap yayasan, lembaga, organisasi pendidikan menjadi sasaran atau sarang mereka. Tapi kewaspadaan perlu sangat ditingkatkan.

Kaum LGBT kerap minta keberadaannya diakui. Maka saya pribadi pun dengan tegas menyatakan, "Saya mengakui mereka sebagai Musuh Nyata yang harus didoakan kehancurannya!"

Terutama dalam kasus dan topik pembahasan ini ya. Tidak bagi mereka yang sadar dan ingin berubah!

Mereka mengatakan "perasaan" yang berkecamuk dalam dirinya, yang seolah adalah "jiwa yang tertukar dan terjebak diraga salah", ini merupakan hal yang harus diakui karena faktanya mereka juga diciptakan Tuhan.

Ya sama dong seperti Anjing, Babi, Tikus, Monyet, dll. Mereka memang diciptakan, tapi dilarang untuk dimakan! Eksistensinya jelas mendatangkan penyakit, namun bukan pula serta merta harus diberangus habis secepatnya!

Dengan dalih seperti itulah mereka bergerak, mencari mangsa, dirusak pikirannya dengan merayu, melecehkan, hingga akhirnya menyetubuhi.

Dalam banyak kasus pula, seperti dari podcast ini, setiap anak yang awalnya hanya korban setelah itu mulai menjadi predator baru. Ada yang dipaksa, ada yang terpaksa, gilanya ada pula yang ketagihan.

Hal seperti ini bukan membuat kita jadi paranoid, namun harus diwaspadai dengan sebuah aksi nyata.

Mendekatlah pada anak-anak Anda serta anak-anak yang ada di lingkungan kalian. Kita harus ikut mengawasi, bukan mencurigai dan menghakimi, karena tindakan mereka biasanya akan muda terdektesi selama Anda peka.

Perhatikan dengan siapa anak-anak dekat dan bermain, buka komunikasi kepada orang itu dan terutama si anak agar jika memang terjadi sesuatu langsung dapat diambil tindakan tegas serta cepat.

Tak perlu lagi dibahas, akan jadi apa jika kaum LGBT bertambah banyak, jika contoh-contoh kecil yang terjadi seperti di atas sangat sulit untuk diterima akal.

Menurut ahli neurologi dr. Ryu Hasan, lesbian, gay, dan biseksual bukanlah penyakit dan gangguan, kecuali jika orang tersebut merasa tidak nyaman. 

Silahkan saja dianggap demikian, namun faktanya kaum mereka juga terus bergerak mempengaruhi agar perilaku mereka menjadi hal biasa dan bukan aib di tengah masyarakat.

Dalam cerita Desvi, tampak terlihat jelas adanya pola sepeti itu, bagaimana mereka dibentuk pola pikir dan pola tindakannya.

Sekaranglah saatnya kita jaga anak dan keluarga dari pengaruh kaum LGBT yang merusak, naudzubillahi min dzalik...***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun