Meski di dalam hatinya, Bunga tertawa melihat wajah Matahari yang sok lugu di depannya itu. Dan dengan cueknya pula ia duduk di hadapan Bunga.
"Di sini boleh kan? Dah penuh semua itu bangkunya."
"Ya udah, apa boleh buat."
Matahari tersenyum dan kemudian saat makan, bukannya menghabiskan makanan dengan cepat, ia malah sempat menatap penuh kekaguman ke arah Bunga."
"Cantiknya..." Batin Matahari berkata kagum.
Dan ternyata bukan Matahari saja yang kagum, tapi hampir semua lelaki yang belum mengenal Bunga mendadak terlihat aneh karena saat melihatnya seperti melihat keindahan alam semesta saja.
Bang Rudi adalah termasuk yang diam-diam mengagumi Bunga, ia selama ini  dikenal killer, tak pernah ada yang berani membantah apalagi sampai berani berdebat seperti yang dilakukan Bunga tadi. Namun rekor itu terpecahkan dengan hadirnya seorang perempuan cantik dan cerdas yang dengan lantangnya berani menyuarakan keadilan.
Nama dan kecantikan Bunga jadi begitu semerbak wanginya di acara tersebut, seakan semua lelaki ingin berkenalan dan ingin akrab dengannya.
Bunga paham hal itu. Ia sama sekali tak pernah ingin jadi pusat perhatian, namun lingkungannya selalu memberikan ekspektasi lebih kepadanya. Seolah-olah di negeri ini sudah kehilangan stok perempuan cantik saja.Â
Bunga merasa antara bangga atau tak nyaman ketika dengan wajah cantiknya itu justru menjadi pusat perhatian di malam itu.
Dalam waktu singkat Bunga mendadak jadi idola Karang Taruna Jakarta Selatan...***