Dan jadilah Zia menempati di sana hingga kini. Karena ia tinggal di sana sejak lahir, pasti ia kenal betul tabiat warga di sana. Ya memang begitu itu, bahkan kini lebih kepo dari para orang tuanya.
"Zaman makin modern, tapi pola pikirnya primitif!" kutuk Zia dalam hati saat kesal karena digoda sekelompok orang dewasa tanggung yang nongkrong di gerbang komplek.
Gerbang komplek yang tak pernah sepi, meski sudah berulang kali mereka ditegur oleh Satpol PP ataupun RT, tapi dengan santainya mereka berdalih menyebalkan.
"Yaelah, Pak RT, kayak lahir langsung tua dan baru jadi RT aja sih,"
"Pak RT dulu juga demen nongkrong di sini kan?"
"Ini tongkrongan warisan lho, Pak. Orang tua kita-kita ini kan juga Cs nya Pak RT,"
Tuh lihat...apa nggak ngeselin jawaban mereka!
Pak RT dan perangkat kelurahan saja dianggap angin, apalagi Zia. Maka meski kesal bin dongkol setengah mati, Zia tetap berusaha sabar dan menebar senyum.
"Ma, mama kok diem aja sih digodain abang-abang itu?" tanya Zey yang mulai kritis.
Zia tersenyum dan berkata dalam hatinya, "Zey, kalo mama cowok, udah mama bacok itu orang.."
"Mama sabar ya, hebat," puji Zey yang tak mengetahui isi hati Zia.