Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tragedi Telek

17 September 2024   14:13 Diperbarui: 17 September 2024   14:18 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba kepalanya terasa dingin sesaat kemudian mendadak hangat, ada sesuatu yang lembek, agak berair tapi kental seperti es krim. Plus bau menyengat!

"Ndas Kirik..telek lagi!" Kardi spontan memaki.

Ia memandang ke langit mencari burung merpati mana yang sudah menganggap dirinya jamban berjalan. Dan tiba-tiba..

"Crot!"

Serangan kedua, telek burung mampir di pipinya. Seketika ia merasa hidup di zaman penjajahan saat agresi militer Belanda menyerang lapangan terbang Maguwo.

Kardi seketika melihat burung-burung itu layaknya pasukan Belanda yang terbang dengan pesawat tempur memborbardir kota Yogyakarta.

Orang-orang di sekitarnya ada yang tertawa dengan spontan, tapi ada pula yang meminta maaf, terutama setelah diketahuinya bahwa ternyata itu adalah burung merpati miliknya.

"Maaf, mas. Sini ke rumah saya, keramas dulu. Maaf atas kelakuan burung saya tadi," ungkap si pemilik burung tidak enak.

"Minta samponya saja. Saya keramas dan raup di luar saja," ucap Kardi menahan diri untuk marah.

Kardi melihat ada keran di depan rumah dan seketika si pemilik burung masuk ke rumahnya mengambil sampo, sabun dan handuk.

Tak lama ia keluar dan Kardi tanpa basa-basi segera mencuci rambutnya dengan membiarkan kaos di bagian lehernya basah terkena kucuran air. Ia pun mengusap wajahnya dengan sabun, sambil menahan muntah karena bau tak sedap dari kotoran burung itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun