Mohon tunggu...
Dimas Dharma Setiawan
Dimas Dharma Setiawan Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Penulis Artikel di Banten

Penulis adalah PK pada Bapas Kelas II Serang yang menerjunkan diri pada alam literasi. Senang menyikapi persoalan yang sedang hangat di masyarakat menjadi kumpulan argumentasi yang faktual , kritis dan solutif. Berusaha meyakinkan bahwa menulis sebagai hal yang menyenangkan. Setiap tulisan adalah do'a dan setiap do'a memuluskan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manfaat Pelatihan CM-LMT bagi Pembimbing Kemasyarakatan (Selesai)

15 Oktober 2021   16:38 Diperbarui: 15 Oktober 2021   17:24 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pada tulisan sebelumnya penulis telah memaparkan sejumlah materi yang pernah penulis ikuti pada pelatihan Conflict Management and Life Management Training (CM-LMT) bagi Pembimbing Kemasyarakatan (PK) . Perhelatan dilakukan dari tanggal 2,3 dan 4 Juni 2021 bertempat di hotel The 101 Suryakencana Kota Bogor. 

Bertindak sebagai penyelenggara adalah Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (Bimkemas & PA) pada Direktorat Jenderal (Ditjend) Pemasyarakatan. Adapun penyandang dana kegiatan adalah Search For Common Ground 2020.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan tentang materi manajemen waktu.  Fasilitator bertanya kepada peserta tentang kegiatan harian peserta  mulai dari pagi sampai malam hari.  Penulis sendiri mengawali kegiatan dengan sholat subuh dilanjutkan dengan membaca Al-qur'an, olah raga kecil di depan rumah lalu memanaskan kendaraan bermotor.  

Kegiatan dilanjutkan dengan berangkat ke kantor, bekerja hingga kembali ke rumah dan malam harinya beristirahat. Setiap peserta memiliki kegiatan harian yang berbeda-beda, terutama peserta perempuan yang  menjalankan fitrahnya sebagai ibu rumah tangga dalam melayani keluarga di rumah. 

Penulis menyarikan tema ini sebagai perencanaan pekerjaan agar terkonsep dengan matang dimulai dari awal hingga pada akhir pekerjaan itu sendiri. 

Secara konkrit pekerjaan diawali dengan perintah pimpinan, pelaksanaan pekerjaan, pelaksanaan sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) sebagai bentuk pemaparan pekerjaan, lalu dilanjutkan dengan pengetikan, pembubuhan nomor register, pengiriman soft-file pekerjaan pada operator hingga pengarsipan dokumen.

Materi selanjutnya adalah tuntutan dan kepentingan. Fasilitator menjelaskan sesi ini diharapkan peserta dapat memahami apa itu tuntutan dan kepentingan dengan begitu peserta dapat membedakan tuntutan dan kepentingan. 

Dengan memahami perbedaan posisi dan kepentingan dalam suatu konflik, peserta diharapkan dapat mengenali permasalahan sehingga dapat menemukan opsi-opsi solusi.

Keseruan terjadi saat sejumlah peserta mendefinisikan artikulasi tuntutan dan kepentingan. Ada yang mengartikan secara abstrak yang cukup sulit dipahami dan ada yang mendefinisikan secara realita dalam tugas kedinasan seperti hak dan kewajiban PK bekerja sebagai suatu tuntutan dari tugas jabatan dan kepentingannya agar masyarakat dapat terlayani. 

Penulis mencoba menyampaikan pendapat seraya mencontohkan bahwa setiap peserta diwajibkan hadir di ruangan kelas secara tepat waktu (tuntutan), tujuannya agar kegiatan pelatihan dapat segera dilaksanakan (kepentingan).  

Narasi yang penulis sampaikan mendapatkan persetujuan dari fasilitator yang menyatakan bahwa definisi tuntutan sebagai apa yang dinyatakan untuk diminta sedangkan kepentingan sebagai apa yang menjadi penyebab pilihan kita. 

Tujuannya dari tuntutan untuk menghindari perselisihan atas posisi, mencari kepentingan dibalik tuntutan. Selain itu untuk menghindari negosiasi hanya pada tuntutan. 

Sedangkan tujuan kepentingan untuk memahami semua kepentingan bagi kedua pihak dan mencari kesepakatan yang lebih mengedepankan kepentingan ketimbang tuntutan.

Materi Networking, fasilitator memberikan gambaran-gambaran tentang keterampilan bagaimana menjalani hubungan dengan pihak lain. Peserta diharapkan mampu meningkatkan keterampilan PK untuk membangunan jaringan dengan para pihak (stake-holder) lain seperti pemerintah daerah, aparat penegak hukum, lembaga swadaya masyarakat, pengusaha, psikolog, tokoh masyarakat dan sebagainya.

Sejumlah peserta terlihat semangat menyampaikan pengalamannya dalam membangun jejaring.  Ada yang memulai dengan melakukan pengamatan terhadap calon mitra terkait kegiatannya. 

Lalu saling berkenalan  dan bertukar informasi  seputar kegiatan masing-masing pihak. Setelah dirasa ada keserasian dilanjutkan dengan pembahasan bersama dalam pembuatan semacam surat nota kesepahaman. Kemudian dilakukan penandatangan nota kesepahaman sebagai tanda keabsahan terjalinnya kerjasama. Selanjutnya dilaksanakan kegiatan sesuai dengan kesepakatan dan pelaporan.

Penulis memiliki pengalaman membangun jejaring dengan pondok pesantren Daarrul Abror proses penjajakan seperti yang sudah disebutkan.  Seorang Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) dititipakan untuk dilakukan pembinaan keparibadian pada tempat tersebut. Hal itu sebagai wujud kerjasama telah yang telah dilakukan sesuai dengan kesepakatan.

Materi selanjutnya materi konseling, fasilitator menjelaskan bahwa apa itu konseling sebagai bantuan mengungkapkan mengkomunikasikan masalah yang ada didalam  diri kita untuk kemudian menemukan sumber masalah sekaligus solusinya. Peserta diminta secara sukarela untuk berbagi pengalamannya dihadapan peserta lainnya.

Para peserta duduk saling berhadapan, ada yang berperan sebagai sebagai klien dan PK.  Konseling diawali dengan saling berkenalan diantara mereka, lalu klien bercerita seputar aktifitas kegiatan kesehariannya. 

Tugas PK mendengar pembicaraan dengan seksama sambil sesekali menimpali pembicaraan sebagai tanda menghargai pembicaraan klien.  Setelah klien selesai bicara, giliran PK bicara  memberikan pandangan yang lebih luas atas permasalahan  yang telah disampaikan.

Hal yang perlu diperhatikana adalah (1) buat klien merasa nyaman (melalui rapport-building), (2) mendengarkan secara aktif, (3) bertanya secara kritis tanpa menghakimi, (4) mencatat jawaban-jawaban klien, (5) menginventaris masalah yang dihadapi, (6) mengumpulkan informasi dan analisis konteks dan situasi yang dihadapi klien (sejarah, budaya, riwayat, kebiasaan prilaku dsb) dan (7) menemukan akar masalah dan menawarkan solusi dengan memandu mereka melalui sejumlah pertanyaan-pertanyaan dan tawaran.

Penulis sangat serius menyimak materi diatas mengingat konseling merupakan metode utama yang sering digunakan dalam melakukan perubahan pola pikir, sikap dan perilaku klien. Dimasa pandemic covid19 konseling virtual  sering dilakukan, biaya kuota dibebankan kepada PK.

Materi yang terakhir adalah  resiliensi. Fasilitator menjelaskan resiliensi (ketahanan) sebagai pengetahuan yang membantu mereka bertindak secara positif dalam menghadapi kondisi sulit baik yang datang dari dalam (psikologis, sosial-ekonomi) maupun luar (institusi, bencana alam). 

Selain itu berguna untuk mempertahankan profesionalisme kinerja sehingga mengurangi dampak negatif akibat dari rencahnya resiliensi seperti stress, frustasi hingga keterlibatan dalam praktek suap atau pungli, penggunaan narkotika dan penerimaan terhadap ideologi ekstrimisme kekerasan di kalangan petugas didalam suatu institusi pemasyarakatan.

Penulis bersama beberapa peserta membuat kelompok tugas lalu berdiskusi tentang tema cerita. Disepakati role-play sepiutar pelayanan Bapas yang mengedepankan aturan dan prosedur laluseolah PK ditekan oleh atasan agar menyetujui permohonan Klie yang hendak pergi keluar negeri . 

PK bertahan untuk konsisten dalam rangka menegakan aturan  bahwa permohonan tersebut tidak dapat dilakukan mengingat klien tidak memiliki alasan formal untuk bepergian keluar negeri.

Ada contoh permainan kasus dimana PK ditekan untuk menyetujui usulan Penelitian Kemasyarakatan (Litmas) seorang Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP )yang pernah melakukan tindak pidana (residvis). 

PK berusaha menjelaskan dengan sopan dan santun bahwa program Asimilasi di Rumah (Asirum) tidak diberikan terhadap mereka yang dipidana penjara untuk kedua kalinya,  mereka masih tetap diberikan hak program integrasi lainnya.

Penulis menyarikan pelajaran dari materi diatas  agar pada saat dilapangan nanti, kita sebagai PK harus memegang prinsip yang kuat didukung mental yang bijak untuk mengantisipasi dinamika pekerjaan  yang saat ini lebih keras tantangannya. Resitensi permasalahan bisa datang dari dalam maupun dari luar.

Pada akhir acara panitia  memberikan kesempatan kepada para peserta untuk mengulas pelajaran yang telah didapatkan. Hampir semua peserta dapat menggambarkan isi materi yang pernah diikutinya. Pelatihan dikemas dengan melibatkan keaktifan peserta , semua boleh mengungkapkan gagasan dan idenya. Selain itu canda dan tawa sebagai bumbu  kebahagiaan dalam meningkatkan imunitas tubuh dan otak.    

Setelah pelatihan selesai penulis terus berusaha mengingat materi yang didapat untuk selanjutnya dipraktekan pada tugas kedinasan. Penulis berterima kasih kepada pihak penyelanggara atas kegiatan tersebut dan berharap pelatihan dilanjutkan pada kesempatan yang akan datang (selesai)

      

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun