Mohon tunggu...
Dimas Anggoro Saputro
Dimas Anggoro Saputro Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer | Content Creator

"Bisa apa saja", begitu orang berkata tentang saya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pacer Salah Satu Kunci Sukses dalam Lari

23 April 2018   03:10 Diperbarui: 23 April 2018   04:06 6530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pacers Mandiri Jogja Marathon 2018 (dok. Ardian -Kompasiana)

Martha Benita, gadis berparas cantik yang kesehariannya sebagai desain grafis telah berpengalaman sebagai Pacer. Terhitung sudah empat kali dara berparas cantik tersebut menjadi Pacer dalam ajang perlombaan lari bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam League Running Buddies (LRB).

"Kalau pelari yang ikut kami mencapai target waktunya, itu jadi kepuasan tersendiri", ucap Martha dengan penuh rasa bangga dan bahagia.

Tak jarang Martha mendapatkan ucapan terima kasih dari para pelari yang mengikutinya hingga garis finish dan mencatatkan waktu terbaik mereka. Menurut Martha, menjadi seorang Pacer berarti harus berkomitmen untuk latihan lebih giat dan lebih keras dibandingkan dengan pelari yang lain.

Tempo lari yang konstan dibutuhkan agar pace tak terlalu cepat atau terlalu lambat di awal. Martha sesekali melirik sport wacth yang ia kenakan bila merasa sudah keluar pace. Martha biasa berlari di pace 6 (6 menit per kilometer). Ia pun juga harus pintar mengatur waktu minum untuk menggantikan cairan di tubuhnya ketika berada di water station. Baginya, dalam berlari setiap detik itu berharga.

Berpengalaman menjadi seorang Pacer tak lantas membuat tugasnya berjalan selalu mulus. Komplain mengenai pace-nya yang dinilai terlalu cepat atau terlalu lambat oleh peserta lain membuat dirinya berada dalam posisi serba salah. Terkadang, apa yang telah kita upayakan sebaik mungkin bagi orang lain, belum tentu orang lain menerimanya dengan baik pula.

Perjuangan pelari menuju garis finish (dok.pri)
Perjuangan pelari menuju garis finish (dok.pri)
Berlari bukan sekadar tentang siapa yang paling cepat menuju garis finish. Bukan pula sekadar tentang gengsi mencatutkan nama dibarisan catatan waktu terbaik. Bukan pula sekadar melangkahkan kaki ke depan secara bergantian, kanan-kiri.

Untuk apa mendapatkan gelar juara jika tidak bermental juara? Mental juara adalah ketika kita menang, orang lain tak merasa kita kalahkan. Dan di saat kita kalah, dengan lapang dada kita menerima dan memberikan ucapan selamat kepada pemenang yang berhasil berdiri di atas podium.

Mari finish bersama (dok.pri)
Mari finish bersama (dok.pri)
Semua kembali kepada hakekat kita sebagai manusia. Semoga kita senantiasa diberikan kesehatan. Baik kesehatan jiwa dan raga.

Mens sana in corpore sano,

Dimas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun