Mohon tunggu...
Dimas Anggoro Saputro
Dimas Anggoro Saputro Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer | Content Creator

"Bisa apa saja", begitu orang berkata tentang saya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pacer Salah Satu Kunci Sukses dalam Lari

23 April 2018   03:10 Diperbarui: 23 April 2018   04:06 6530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pacers Mandiri Jogja Marathon 2018 (dok. Ardian -Kompasiana)

15 April 2018 yang lalu, komplek candi Prambanan kembali menjadi saksi sejarah ribuan derap langkah kaki. Sebanyak 8.000 pelari mengikuti ajang Mandiri Jogja Marathon 2018. Acara yang diselenggarakan oleh Bank Mandiri bersama Pemerintah Daerah Istiewa Yogyakarta tersebut telah berhasil menarik wisatawan untuk berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya.

Tak hanya wisatawan lokal, wisatawan asing pun turut serta dalam gelaran lari marathon yang bertajuk "Berlari setiap kilometernya bersama kearifan budaya Yogyakarta". 

Sport tourism yang mengambil latar candi Prambanan/ Roro Jonggrang, candi Plaosan dan Monumen Taruna tersebut menjadi daya tarik tersendiri. Para pelari tak hanya disuguhi dengan eksotisme candi Prambanan, namun juga disuguhi dengan kearifan lokal melalui seni dan keramahan penduduknya.

Meskipun Mandiri Jogja Marathon (MJM) 2018 telah usai, ribuan cerita masih tersimpan dan terkenang hingga hari ini, bahkan hari esok. Tak hanya cerita mengenai keberhasilan peserta melewati garis finish, mencatatkan capaian waktu terbaik mereka dan mendapatkan medali. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari perhelatan tersebut. Salah satu kunci kesuksesan lari marathon adalah target waktu capaian.

***

Ada hal yang unik dalam MJM 2018. Beberapa peserta mengenakan atribut berupa balon udara yang terikat di punggung mereka. Mereka biasa disebut dengan Pacers. Balon udara yang terikat di punggung mereka bertuliskan target capaian waktu berlari. Balon tersebut senantiasa mengikuti kemanapun Pacers bergerak, unik. Dibalik keunikan tersebut tersimpan sesuatu yang berharga dan berguna.

Pace atau tempo adalah istilah kecepatan dalam lari. Pace biasanya dinyatakan dalam beberapa menit yang dihabiskan untuk menjangkau jarak tertentu. Lalu apa itu Pacer?

Pacer dalam istilah lari sering disebut sebagai pedoman waktu bagi para pelari saat race. Bagi seorang pemula, peran Pacer sangatlah penting untuk memandu ritme berlari agar tidak mudah kelelahan bahkan bisa mengurangi risiko cidera serius. Menjadi seorang Pacer bukanlah suatu hal yang mudah.

Persiapan start HM (dok.pri)
Persiapan start HM (dok.pri)
Pacer dituntut berlari dengan kecepatan konstan. Tidak boleh terlalu cepat, atau pun terlalu lambat. Kehadiran Pacers dalam perlombaan lari marathon sangatlah membantu, terutama bagi pelari pemula. Misalnya pada kategori Half Marathon (HM), pelari bisa memilih target waktu capaian sesuai dengan kemampuan. Semisal ingin finish dengan waktu 2 jam, maka pelari bisa mengikuti Pacer dengan balon bertuliskan 120 menit. Atau ingin finish lebih cepat, misal 1 jam 30 menit. Maka pelari bisa mengikuti Pacer dengan balon bertuliskan 90 menit.

Tak hanya memandu kecepatan dan ritme berlari saja, seorang Pacer juga harus bisa memberikan "suntikan" energi kepada para pelari berupa motivasi kalimat penyemangat. Pacer juga bertanggung jawab untuk mengingatkan para pelari untuk menggantikan cairan tubuh pada saat berlari. Tugas seorang Pacer pada dasarnya sangatlah mulia, dia bertugas untuk membantu sesama dalam ajang perlombaan. Hal ini juga mengajarkan tentang fair play.

Meskipun rata-rata para pelari telah mengenakan sport watch sebagai pace pribadinya, kehadiran Pacers di dalam race memberi warna tersendiri. Terlebih jika Pacers memiliki paras cantik maupun rupawan dan atletis, pasti Pacers tersebut akan memiliki pengikut banyak, bahkan hingga mengular. Ada yang bilang, ajang lari akan terasa hambar, bagai sayur tanpa garam. Jika tak ada kehadiran Pacers di dalamnya.

Martha Benita, gadis berparas cantik yang kesehariannya sebagai desain grafis telah berpengalaman sebagai Pacer. Terhitung sudah empat kali dara berparas cantik tersebut menjadi Pacer dalam ajang perlombaan lari bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam League Running Buddies (LRB).

"Kalau pelari yang ikut kami mencapai target waktunya, itu jadi kepuasan tersendiri", ucap Martha dengan penuh rasa bangga dan bahagia.

Tak jarang Martha mendapatkan ucapan terima kasih dari para pelari yang mengikutinya hingga garis finish dan mencatatkan waktu terbaik mereka. Menurut Martha, menjadi seorang Pacer berarti harus berkomitmen untuk latihan lebih giat dan lebih keras dibandingkan dengan pelari yang lain.

Tempo lari yang konstan dibutuhkan agar pace tak terlalu cepat atau terlalu lambat di awal. Martha sesekali melirik sport wacth yang ia kenakan bila merasa sudah keluar pace. Martha biasa berlari di pace 6 (6 menit per kilometer). Ia pun juga harus pintar mengatur waktu minum untuk menggantikan cairan di tubuhnya ketika berada di water station. Baginya, dalam berlari setiap detik itu berharga.

Berpengalaman menjadi seorang Pacer tak lantas membuat tugasnya berjalan selalu mulus. Komplain mengenai pace-nya yang dinilai terlalu cepat atau terlalu lambat oleh peserta lain membuat dirinya berada dalam posisi serba salah. Terkadang, apa yang telah kita upayakan sebaik mungkin bagi orang lain, belum tentu orang lain menerimanya dengan baik pula.

Perjuangan pelari menuju garis finish (dok.pri)
Perjuangan pelari menuju garis finish (dok.pri)
Berlari bukan sekadar tentang siapa yang paling cepat menuju garis finish. Bukan pula sekadar tentang gengsi mencatutkan nama dibarisan catatan waktu terbaik. Bukan pula sekadar melangkahkan kaki ke depan secara bergantian, kanan-kiri.

Untuk apa mendapatkan gelar juara jika tidak bermental juara? Mental juara adalah ketika kita menang, orang lain tak merasa kita kalahkan. Dan di saat kita kalah, dengan lapang dada kita menerima dan memberikan ucapan selamat kepada pemenang yang berhasil berdiri di atas podium.

Mari finish bersama (dok.pri)
Mari finish bersama (dok.pri)
Semua kembali kepada hakekat kita sebagai manusia. Semoga kita senantiasa diberikan kesehatan. Baik kesehatan jiwa dan raga.

Mens sana in corpore sano,

Dimas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun