Korupsi mempunyai dampak negatif yang sangat besar, dan banyak aspek dunia yang hancur. Di sektor ekonomi, korupsi menghambat pertumbuhan dengan mengurangi efisiensi pemanfaatan sumber daya dan mengurangi investasi dalam dan luar negeri. Hal ini juga memperkuat kemiskinan dan kesenjangan, karena dana publik yang seharusnya dialokasikan untuk meningkatkan layanan sosial sering disalahgunakan. Beberapa penyebab utama korupsi di Indonesia adalah:
- Perilaku individu
- Dari sudut pandang pelaku, banyak kejahatan yang dilakukan karena motivasi internal berupa keinginan atau hawa nafsu dan kesadaran. Banyak sebab yang menyebabkan seseorang melakukan korupsi: keserakahan, sikap salesman, pemahaman agama yang kurang, lemahnya akhlak dalam menghadapi godaan dan rendahnya akhlak sebagai PNS.Â
- Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tanpa Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi juga dapat terjadi karena kepentingan keuangan, dimana orang yang melakukannya kuat karena tidak mempunyai uang untuk membiayai kebutuhan hidupnya.
- Faktor Keluarga
- Masalah korupsi dimulai dari keluarga. Seringkali hal ini berasal dari kebutuhan pasangan atau kebutuhan pribadi. Posisi tersebut diambil sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan individu dan keluarga.Â
- Keluarga seharusnya menjadi benteng melawan korupsi, namun terkadang keluarga bisa menjadi pendorong utama. Oleh karena itu, keluarga mempunyai peranan yang penting dan mempunyai kelakuan buruk dari suami atau kepala keluarga. Oleh karena itu, ada dua sisi dalam keluarga, yaitu sisi baik yang mencegah terjadinya korupsi, atau sisi buruk yang mendorongnya.
- Pendidikan
- Korupsi adalah kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang paling berpendidikan. Pejabat yang terjerat kasus korupsi umumnya berpendidikan tinggi, meski pendidikan tinggi bisa mencegah korupsi.Â
- Menurut Katz dan Hans, ada sedikit antipati di kalangan ahli mengenai masalah ini. Padahal, pelaku tindak pidana korupsi seringkali adalah orang-orang cerdas yang merencanakan tindakannya secara matang dan penuh perhitungan. Mereka dapat memanipulasi hukum untuk mempersulit deteksi kejahatan.
- Sikap Kerja
- Korupsi seringkali bersumber dari keyakinan bahwa segala sesuatu harus menghasilkan uang. Biasanya, sebelum melakukan pekerjaan, mereka menilai profitabilitas atau non-profitabilitas bisnis dan mempertimbangkan untung dan ruginya.Â
- Di lingkungan kantor, pemimpin yang berpikiran seperti ini tidak mau memikirkan kemajuan masyarakat. Akibatnya, fokus utama mereka adalah pada bagaimana mereka dapat memperoleh manfaat dari suatu kegiatan, dan bukan melakukan hal tersebut demi kepentingannya sendiri.
- Hukum dan Peraturan
- Korupsi dapat dengan mudah muncul karena lemahnya peraturan perundang-undangan, seperti hukuman yang ringan, penggunaan hukuman yang tidak konsisten dan sewenang-wenang, serta tidak efektifnya tinjauan dan evaluasi hukum. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah mendorong legislator untuk menilai efektivitas undang-undang sebelum disahkan.Â
- Selain itu, sikap solidaritas dan praktik pemberian hadiah juga berkontribusi terhadap terjadinya korupsi. Dalam birokrasi, pemberian hadiah telah menjadi suatu proses pemerintahan, meskipun tidak terutama untuk mempengaruhi pengambilan keputusan.
       Korupsi keuangan mempunyai dampak negatif yang serius terhadap kondisi sosial dan ekonomi suatu negara. Dari sudut pandang sosial, korupsi mengikis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan lembaga publik. Ketika pejabat pemerintah dan lembaga penegak hukum terlibat dalam korupsi, masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap keadilan, transparansi, dan integritas pemerintah. Dampak negatif korupsi dapat dibagi menjadi dua kategori:
- Dampak Korupsi Terhadap Pembangunan Ekonomi
Korupsi memiliki dampak yang signifikan terhadap pembangunan ekonomi suatu negara, dengan tiga aspek utama, yaitu:
- Korupsi yang menyalahkan alokasi dana publik
Korupsi yang terkait dengan penyalahgunaan alokasi dana publik memberikan dampak yang sangat merugikan bagi masyarakat dan pembangunan negara. Dana yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan kesejahteraan sosial, sering kali diselewengkan oleh individu atau kelompok yang tidak bertanggung jawab demi kepentingan pribadi.Â
Sebagai akibatnya, banyak proyek publik yang tidak terlaksana atau dilaksanakan dengan kualitas yang buruk, karena anggaran yang ada tidak dimanfaatkan secara efektif. Penyalahgunaan dana ini juga memperburuk ketimpangan sosial, di mana manfaat dari program-program pemerintah hanya dinikmati oleh sekelompok kecil orang yang berkuasa, sementara masyarakat luas tetap terjebak dalam kemiskinan dan kurangnya akses terhadap layanan dasar.Â
Korupsi dalam alokasi dana publik menciptakan siklus ketidakadilan, di mana sumber daya yang seharusnya digunakan untuk kemajuan bersama justru memperkaya pelaku korup, sehingga merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan menghambat perkembangan sosial ekonomi.
- Korupsi menyebabkan penurunan investasi
Korupsi memiliki dampak langsung yang signifikan terhadap penurunan investasi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Investor cenderung menjauh dari negara dengan tingkat korupsi yang tinggi karena adanya ketidakpastian hukum dan regulasi yang tidak jelas.Â
Dalam situasi yang korup, biaya operasional bisnis meningkat akibat suap atau gratifikasi yang perlu diberikan untuk memperoleh izin usaha, memenangkan kontrak, atau mempercepat proses administratif. Hal ini menciptakan iklim investasi yang tidak kompetitif dan tidak efisien.Â
Selain itu, korupsi sering kali menimbulkan ketidakpastian dalam penegakan hukum, di mana kontrak bisnis tidak terlindungi dengan baik, dan sengketa dapat diselesaikan secara tidak adil jika melibatkan pihak-pihak yang memiliki pengaruh. Semua faktor ini membuat investor ragu untuk menanamkan modal, karena risiko kehilangan investasi atau menghadapi hambatan birokrasi yang mahal menjadi sangat besar.
sehingga tidak mencapai tujuan yang diinginkan. Akibatnya, banyak orang yang seharusnya mendapatkan manfaat dari program-program tersebut justru tidak menerima bantuan yang mereka butuhkan, sehingga kondisi hidup mereka semakin memburuk. Selain itu, penyimpangan ini menciptakan ketidakpuasan dan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah serta institusi yang bertanggung jawab.Â
Masyarakat merasa diabaikan dan frustrasi ketika mereka melihat bahwa program-program sosial yang seharusnya membantu mereka tidak dilaksanakan dengan baik atau bahkan terkorupsi. Dalam jangka panjang, hal ini dapat mengakibatkan penurunan partisipasi masyarakat dalam program-program pemerintah dan memperdalam ketidakadilan sosial.
- Perburukan Kualitas Pelayanan Publik