Stoisisme merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang pertama kali digagas oleh Zeno, seorang filsuf asal Romawi di abad ke-3 SM. Tokoh filsuf terkenal yang menganut aliran filsafat ini yaitu Marcus Aurelius, Seneca dan Epictetus.
Ketiga tokoh tersebut merupakan filsuf yang namanya tentu sudah tidak asing di kalangan para pembelajar filsafat.
Tentunya, mereka jugalah yang telah menyebarkan ilmu stoisisme ini hingga mampu menggaet banyak kaum stoa di berbagai penjuru dunia.
Stoisisme merupakan sebuah paham yang berisi tentang bagaimana kita bisa menjalani hidup dengan menerima segala kondisi diri yang dilandasi dengan reflektifitas berbasis nalar manusia.
Tentunya, aliran filsafat ini akan mengajarkan kita untuk bisa melihat dunia dengan sudut pandang yang berbeda. Sehingga, apa yang nampak bagi orang lain belum tentu sesuai dengan apa yang ditangkap oleh kita.
Tentunya, aliran filsafat yang telah berumur lebih dari 2000 tahun ini sangat relevan jika diterapkan di dunia modern, di mana zaman ini menuntut kita untuk melakukan segala sesuatu dengan serba cepat.
Tentunya, ada banyak fakta menarik dari filsafat stoisisme yang bisa Anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa fakta menarik tersebut di antaranya sebagai berikut:
Hidup Selaras dengan Alam
Kaum stoa (penganut aliran stoisisme) menempatkan kebahagiaan dalam ketenangan batin (Manampiring, 2019).
Jadi, hal-hal yang bisa membuat bahagia bukan dari ranah eksternal seperti barang-barang, uang, orang lain dan lain-lain.
Sumber kebahagiaan ada di dalam diri kita sendiri dan kitalah yang memiliki tanggung jawab penuh untuk menciptakan kebahagiaan tersebut---begitulah pandangan kaum stoa.
Lalu, apa yang dimaksud dengan menjalani hidup selaras dengan alam?
Hal ini dimaksudkan bahwa kita sebagai manusia harus mampu mengunakan nalar dalam mengendalikan hawa nafsu dan emosi yang dapat menciptakan konflik internal ataupun eksternal.
Hidup selaras dengan alam juga dapat diartikan sebagai cara hidup yang mengutamakan akal dan batin, bahwa kita adalah makhluk yang berbeda dari makhluk yang lain.
Aliran filsafat yang satu ini sangat penting diterapkan dalam kehidupan yang semakin "panas" ini.
Salah satu penyebab "panas" tersebut adalah meledaknya informasi di dunia maya yang membuat batas antara kebenaran dan kekeliruan sangat tipis perbedaannya.
Hal ini tentunya rentan membuat kita dilanda emosi-emosi negatif yang tentunya dapat merugikan diri kita sendiri dan orang lain.
Pada dasarnya, ada banyak hal yang menyebabkan emosi kita mudah tersulut. Maka dari itu, kita-lah yang bertugas untuk mengendalikan emosi kita sendiri---bukan bergantung pada hal-hal eksternal di luar sana.
Dikotomi Kendali
Kaum stoa membuat pembagian yang jelas mengenai hal-hal yang di bawah kendali kita dan hal-hal yang tidak di bawah kendali kita.
Beberapa hal yang bisa kita kendalikan di antaranya seperti perjalanan karir, perlombaan, kesehatan, hubungan asmara, dan lain-lain.
Sedangkan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan di antaranya yaitu penilaian orang lain, performa lawan, kondisi lingkungan, kecelakaan, infeksi penyakit, perasaan orang lain, dan lain-lain.
Stoisisme memberikan gambaran bahwa hal-hal yang tidak berada di bawah kendali kita bukan menjadi alasan untuk kita bahagia. Sebaliknya, hal-hal yang bisa kita kendalikanlah yang memegang kendali penuh terhadap kebahagiaan kita.
Mengasihani Orang yang Jahat pada Kita
Toisisme memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menilai orang jahat. Beberapa orang mungkin memiliki perspektif bahwa orang yang jahat kepada kita harus diberi balasan yang setimbal.
Namun, kaum stoa justru memutuskan untuk memperbesar hati dan melapangkan dada terhadap perlakuan orang yang mungkin tidak menyenangkan hatinya.
Kaum stoa percaya bahwa orang yang berbuat jahat bukan karena mereka ingin berniat jahat.
Kaum stoa mempercayai bahwa kejahatan yang dibuat seseorang bisa timbul karena "ketidaktahuannya".
Bisa jadi, saat itu orang yang berbuat jahat kepada anda sedang dilanda "krisis nalar". Sehingga membuatnya sulit untuk membedakan mana hal benar dan mana yang salah.
Seperti yang diungkapkan oleh epitectus, "mengapa kamu justru tidak mengasihaninya? Sama seperti kita merasa iba kepada orang buta atau pincang, maka kita juga perlu iba kepada mereka yang nalarnya buta atau pincang."
Dari ungkapan tersebut, kita bisa tahu bahwa orang yang berbuat jahat kepada kita memang perlu dikasihani. Sebab, ketika mereka berbuat jahat, kebijaksanaan dalam mengolah nalar tidak berfungsi dengan baik.
Filosofi yang Bijak untuk Mendidik Anak
Banyak orang yang belum menyadari bahwa stoisisme bukan hanya sebuah pandangan hidup untuk mengontrol emosi diri sendiri. Namun, salah satu ilmu filsafat ini juga sangat baik digunakan dalam mendidik anak.
Tentunya, setiap orang tua ingin agar anaknya dapat tumbuh menjadi orang yang cerdas dan berakhlak baik. Tidak berhenti sampai di situ, sebagian besar orang tua juga berharap agar khelak ketika dewasa, anak tidak berubah menjadi anak pembangkang dan durhaka.
Dalam pandangan filsafat ini, dikotomi kendali tidak hanya bisa berlaku bagi orang tua, tetapi juga bisa berlaku untuk anak---asalkan orang tua mengajarkannya sejak dini.
Tentunya, dikotomi kendali sangat penting diterapkan dalam keluarga untuk membangun mentalitas yang tangguh dan menerima hal-hal yang tidak dalam kendali kita.
Filsafat stoisisme juga berpesan agar orang tua tidak membekali anak dengan harta, namun dengan kebijaksanaan. Seperti yang dikatakan oleh epitectus, "Usahakan agar kamu meninggalkan anak-anak yang terdidik dengan baik dan bukannya kaya (harta). Sebab, mereka yang terdidik mempunyai harapan hidup yang lebih baik daripada si bodoh."
Tentunya, stoisisme juga tidak membedakan cara mendidik anak, baik laki-laki maupun perempuan. Sebab, keduanya memiliki kemampuan yang sama dalam hal nalar, pancaindra, anggota tubuh, begitu pula dengan pendidikan. Stoisisme berpandangan bahwa perempuan juga memiliki kesempatan yang sama dalam menimba ilmu.
Hal ini mungkin kontras dengan pandangan sebagian orang tua di zaman sekarang yang menganggap bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi. Justru, filsafat yang berusia lebih dari 2000 tahun ini mempunyai perspektif yang visioner, bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk maju.
Mengajarkan untuk Memperbesar Relasi Sosial
Orang tua zaman dahulu selalu menasehati anaknya untuk tidak berbicara kepada orang asing atau orang yang tidak dikenalinya. Mungkin, nasehat tersebut memang bertujuan untuk kebaikan anak itu sendiri. Akan tetapi, tahukah orang tua bahwa nasehat tersebut memberikan banyak pengaruh bagi masa depan anak ketika ia tumbuh dewasa?
Ketika dewasa, sebagian anak merasa bahwa berurusan dengan orang yang tidak dikenal itu tidak perlu dilakukan.
Setelah dewasa, anak menjadi pribadi yang tertutup dan enggan berosialisasi untuk memperluas ranah sosialnya.
Padahal, stoisisme mengajarkan bahwa kita perlu memperlebar jaringan atau lingkup pertemanan kita. Dengan banyaknya jaringan, hal ini memungkinkan kita untuk mendapatkan sekaligus memberikan kasih sayang kepada sesama.
Sebagai makluk sosial, sudah sepatutnya kita untuk saling berinteraksi dan mempersempit persepktif buruk terhadap satu sama lain.
Itulah mengapa Hierocles mengajarkan kita untuk saling menyapa yang sebetulnya hal tersebut memang sudah jadi kebiasaan di negara kita.
Sudah tidak zamannya kita mengkotak-kotakkan orang lain berdasarkan gender, agama, asal negara, profesi, suku, dan lain-lain.
Sebaliknya, stoisisme mengajarkan kita untuk menjadi citizen of the world, di mana kita bisa saling tolong menolong dan memperluas rasa kasih sayang tanpa mempedulikan sekat dan pengklasifikasian.
Itu dia penjelasan mengenai fakta menarik tentang filsafat stoisisme. Tentunya, paham filsafat asal Romawi Kuno ini sangat relevan jika diterapkan dalam kehidupan di masa kini.
Tentunya, Anda tidak akan menyesal ketika mempelajari stoisisme lebih dalam karena ada banyak hal menakjubkan yang dapat merubah hidup Anda menjadi lebih baik ke depannya.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H