Mohon tunggu...
D.A. Dartono
D.A. Dartono Mohon Tunggu... Administrasi - Penggemar bacaan dan pegiat literasi.

Senang berdiskusi, berdialog dan sharing ide. Curah gagasan, menulis dan tukar-menukar pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Xi, Khonghucu dan Ide Spiritualitas yang Tak Mati

25 Juli 2015   19:06 Diperbarui: 25 Juli 2015   19:06 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sementara itu, para maulwi zaman ini [sadar atau tidak justru] menambah dukungan atau mendorong meningkatnya pandangan-pandangan bersifat atheisme tersebut yaitu dengan membuat (menetapkan) segala pemikiran mereka (para ulama) sendiri itu sebagai bagian dari agama. Sebagai akibatnya mereka tengah menyebarluaskan kejahilan (kebodohan) yang mengherankan. Bila kita memandang bahasan ini dari segi ini, kita dapati para ulama zaman sekarang juga salah, dan salah juga orang-orang yang menganggap agama sebagai hal-hal materi dan yang menolak agama.

Kita beruntung dan berbahagia sebagai Muslim Ahmadiyah karena Allah Ta’ala telah mengutus Hadhrat Masih Mau’ud as dan menyelamatkan kita dari masalah ini serta menuntun kita untuk mengikuti teladan penuh berkat Baginda Nabi saw, karena kebenaran ada pada beliau saw. Beliau saw mengajarkan i’tidaal (moderasi, keseimbangan) dalam segala hal dan menunaikan haq-haq (tanggungjawab) kita dan inilah agama yang benar.

Beliau saw mengajarkan ibadah kepada Allah adalah penting, bahkan teramat penting, itu tujuan penciptaan kita sebagai manusia; namun bersamaan dengan itu, setiap diri juga berkewajiban memenuhi hak atas dirinya sebagaimana ia berkewajiban menunaikan hak istri dan tetangga.[7] Dalam rangka memenuhi hak-hak ini kita harus menggunakan tiga macam sumber atau sarana. Pertama, doa dan ibadah kepada Allah; kedua, pengendalian diri dan menahan emosi dan merenungkan serta mempelajari psikologi (kejiwaan) manusia, dan ketiga berpegang teguh pada kejujuran ​​dalam pekerjaan atau profesi dan keuangan serta mencari dan menuntut ilmu-ilmu keduniaan dan adalah penting untuk meraih ilmu sains.[8]

Jika kita merenungkan, kita akan menyadari bahwa demi memenuhi hak (menunaikan kewajiban) bagi diri kita sendiri, doa dan hubungan dengan Tuhan itu keduanya berfaedah seperti halnya mengendalikan emosi dan hawa nafsu. Hal demikian karena, perasaan emosional sering membuat kita menghilangkan hak-hak kejiwaan kita sendiri. Jika ia keluar tanpa pertimbangan, atau keluarnya emosi tanpa kendali juga mengakibatkan ketidakadilan dan sikap aniaya. Maka penambahan ilmu dan berpegang teguh pada kejujuran dalam pekerjaan dapat membimbing kita menuju peningkatan kehidupan moral, spiritual dan juga materi kita.

Demikian pula, dalam rangka memenuhi hak-hak keluarga kita, kita berdoa, mengendalikan emosi kita dan memenuhi kebutuhan materi mereka. Nabi saw juga bersabda bahwa hak tetangga atau masyarakat harus kalian penuhi. Itu akan tertunaikan dengan doa-doa kepada-Nya dalam hal itu lalu berusaha menunaikan kewajiban-kewajiban (memenuhi hak-hak) terhadap mereka kemudian berusaha memahami pola pikir dan kejiwaan mereka dan berdasarkan hal itu menyampaikan pesan Islam apa saja yang dapat mereka sampaikan. Termasuk menunaikan hak terhadap masyarakat yaitu dengan membuat mereka menelaah agama, kemudian dengan sarana kemajuan ilmu pengetahuan dan bekerja keras di tempat kerja, kita berperan serta dalam kemajuan negara secara umum. Hal ini juga termasuk dalam pemenuhan hak terhadap tetangga. Jika setiap anggota masyarakat melakukan upaya sembari memiliki pemikiran seperti ini, dan maka masyarakat akan menjadi teladan terbaik dalam hal kemajuan moralitas, spiritualitas dan kesuksesan materi.

Kemunduran dunia Muslim saat ini ialah dikarenakan mereka melalaikan semua ini – sebagaimana telah saya sebutkan tadi – mereka begitu terpengaruh dengan nama Allah dan agama Allah sedemikian rupa tetapi mereka telah memberikan nama pada hasrat-hasrat keakuan mereka sebagai agama. Mereka sebenarnya tidak terkesan, terpengaruh dan mengedepankan agama sebagaimana mestinya karena jika demikian tentu mereka akan menaruh perhatian pada hal-hal yang saya sebutkan tadi. Sebagai hasil menamai semangat-semangat egoisme (keakuan) sebagai agama dan berperilaku atas dasar itu, bukannya menyampaikan kualitas istimewa Islam kepada orang lain, mereka malah mengikuti keyakinan yang mereka buat-buat atas dasar semangat keakuan itu dan membunuh satu sama lain. Mereka telah kehilangan baik dari segi duniawi dan dalam hal-hal ukhrawi (spiritual) serta terhina dengan mengemis kepada pihak lain (non Islam) dalam setiap masalah. Inilah yang kita saksikan di dunia Islam sekarang ini.

Iya, memang benar bahwa dunia Barat menjadikan agama sebagai pengikut duniawi mereka dan memberi prioritas (pengutamaan) pada hal-hal duniawi melebihi keimanan (agama), bagi mereka agama tidak ada apa-apanya bahkan menjadikan duniawi sebagai segalanya bagi mereka. Tetapi, setidaknya mereka berhasil mencapai tujuan duniawi mereka, bahkan meski itu melalui cara-cara yang salah. Sementara kaum Muslim telah gagal dalam bidang duniawi maupun agama.

Pendek kata, Allah Ta’ala telah mengutus Hadhrat Masih Mau’ud as untuk ishlaah (perbaikan) pada kedua segi ekstrem tersebut [berlebihan dalam hal duniawi dan berlebihan dalam hal agamawi, atas nama agama]. Pada saat-saat seperti itulah Allah mengirimkan orang-orang pilihan-Nya kepada dunia guna menjaga hal-hal dalam suatu perspektifnya masing-masing, menjadikan agama dalam konteks (sudut bahasan) agama, moralitas (akhlak) dalam konteksnya dan hal-hal duniawi dibahas dalam konteks duniawi. Secara kasat mata, orang-orang pilihan Allah terlihat hanya membawa risalah ruhaniah (pesan spiritual) tetapi ketiga aspek tersebut tetap berkorelasi demikian eratnya (sangat berkaitan, yaitu akhlak, ruhaniah dan jasmaniah).

Keunggulan dalam spiritualitas pasti mengarah ke reformasi moral, dan penjagaan moral yang baik pasti menyebabkan kondisi materi yang lebih baik. Namun, seseorang yang perkara-perkara duniawinya baik, tidak berarti bahwa ia telah mendapatkan segalanya, dan tidaklah menjamin bahwa orang yang maju dalam hal duniawi itu menjadi benar dalam akhlaknya, juga tidak pasti benar mengatakan siapa yang akhlak (moralnya) baik maka agamanya juga pasti benar.

Hal demikian karena Allah berkehendak membawa manusia senantiasa kembali kepada-Nya. Inilah tujuan hidup manusia. Guna mencapainya, Dia jadikan [petunjuk berupa] reformasi moral dan kesuksesan materi sebagai pengikut agama yang dengan itu setiap orang yang mengusahakannya akan meraih segala sesuatunya. Allah menyatakan bahwa seorang mu-min sempurna diberikan segala macam kesuksesan dan kemajuan (jasmani, akhlak, ruhaniah). Sementara mereka yang hanya menaruh perhatian pada duniawi, firman-Nya, الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا Yaitu, seluruh usaha mereka sia-sia dalam meraih keduniaan. (Surah al-Kahfi, 18:105). Hadhrat Mushlih Mau’ud ra membuat permisalan, “Mereka yang datang dari yang paling atas menuju yang terendah meraih keselamatan, sementara yang datang dari yang terbawah ke paling atas tidak akan ada keselamatan padanya.”

Pendek kata, telah diketahui bahwa ada berbagai cara yang berbeda dan tersendiri untuk mencapai keberhasilan dalam hal moral, spiritual dan material, tetapi ada juga cara bersama dan itu adalah menjalin hubungan yang sempurna dengan Allah. Moralitas dicapai dengan mengusahakannya. Kesuksesan materi diperoleh dengan mengusahakannya. Tetapi, hasil dari kedua upaya ini terbatas dalam lingkup mereka sendiri. Tidak keluar dari domain masing-masing. Namun, berkebalikan dari itu, mereka yang berupaya memperbaiki dan meluruskan ruhaniyat-nya (spiritualitasnya) akan diberikan segalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun