Mohon tunggu...
Dilbar Sarasvati
Dilbar Sarasvati Mohon Tunggu... PNS Direktorat Jenderal Bea dan Cukai -

Anak keturunan Manu yang sedang mencari siapa saya dan saya siapa http://kirakirademikian.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Apakah Tuhan Kita Masih Sama?

23 Juni 2016   11:23 Diperbarui: 23 Juni 2016   11:54 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://sf.co.ua/id122803

Ingatanku terlempar saat tiga tahun yang lalu. Saat aku, juga dirimu, tidak pernah merasa tidak ada yang tidak cocok diantara kita. 

Kita merencanakan sesuatu bersama. Membicarakan hal yang kurang lebih sama.Dan tertawa dengan cara dan akan hal yang sama. 

Hingga tiba kala aku menyadari bahwa ada hal yang tidak sama diantara kita berdua.

Suatu hari kau bercerita padaku bagaimana kau telah memarahi nenekmu karena ia menyimpan sebuah jimat dibawah bantal tidurnya. Kejawen itu musyrik, katamu kala itu. Dan saat itu pula aku merasa ada yang aneh pada diriku.

Tiba-tiba saja jiwaku menebas ruang dan waktu. Aku pun menjelma menjadi nenekmu yang kau marahi waktu itu. Ya, aku adalah nenekmu, nenekmu adalah aku. Manunggal dalam ruang dan waktu yang berbeda. 

Aku menjadi tahu bagaimana kau memarahi nenekmu kala itu. Tentang kebaya berwarna wulung yang selalu dipakainya yang menurutmu menyeramkan. Tentang bunga, kemenyan dan caranya sembah Hyang-nya. Tentang hidup yang cuma sekali dan ancaman neraka yang membelitnya. Tentang keunggulan Tuhanmu, juga agamamu yang mampu menyelamatkan manusia menuju surga.

Saat itu, aku ingin sekali menjelaskan padamu. Menjelaskan apa yang dipikirkan nenekmu dalam diam saat kau mencecarnya dengan dengan berbagai kata.

http://sinisih.com/kumpulan-tempat-wisata-di-daerah-istimewa-yogyakarta-diy/keraton-yogyakarta.html
http://sinisih.com/kumpulan-tempat-wisata-di-daerah-istimewa-yogyakarta-diy/keraton-yogyakarta.html
Aku ingin menjelaskan padamu tentang baju wulung yang katamu menyeramkan. Aku ingin menjelaskan mengapa orang Jawa, baik yang terduga kejawen maupun tidak, selalu memakai warna wulung saat berpakaian. Memang wulung itu hitam,sedang hitam adalah gelap. Dan bagi dunia pada umumnya adalah lambang kegelapan dan pemuja kegelapan itu. 

Namun dunia spiritual orang Jawa berbeda dalam memandang wulung alias hitam. 

Wulung adalah lambang kejujuran. Tentang sang diri yang memang tidak suci. Juga tentang cela yang menyelimutinya. 

Tentang kepasrahan. Pasrah tetapi tidak menyerah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun