Langsung kujaga jarak "Boleh, Lang"
Safiapun mencubit kakiku "Tuh kan, udah dibilang Gilang tuh nyaman sama kamu May" bisik Safia.
"Diam Fia" bisikku balik.
Seperti biasanya aku akan risih dan menatap Gilang dengan garang. Secara halus Ingin mengusirnya.
"May, aku heran sama kamu, kamu benci ya sama aku, tiap aku lihat kamu. Pasti kamu selalu menghindar dari pandanganku" ucap Gilang
"Ngak Ada, biasa aja Gilang" gerogiku menjawab.
Karena niat aku dari awal untuk mencomblangkan Gilang dengan Lulu , jadi Lulu kupanggil untuk bergabung bersama kami.
"Lu, duduk sini samping ku" teriakku ke Lulu. Lulu hanya ngasih kode untuk Tutup mulut. Sedangkan Gilang tetap duduk disampingku dan kepo dengan alasan aku membencinya.
Saya bersikap seakan tidak terjadi apa-apa. Biarlah Gilang penasaran dengan diriku. Cukup aku, Fia dan Tuhan yang tahu perasaan ini.
Ketulusan Lulu Kepada Gilang jauh lebih baik dari diriku. Cinta tak harus bersatu. Karena cinta adalah akar bukan mahkota bunga yang harus terlihat dipermukaan.
Untuk mengiklaskan Gilang dengan Lulu. Saya memilih untuk pergi istirahat duluan ke tenda setelah acara penutupan selesai. Sedangkan Lulu bertahan di api unggun untuk duduk bakar-bakar jagung bersama Gilang dan kawanan yang lain.
Akhirnya malam yang indah bisa dirasakan Lulu sahabatku.