Mohon tunggu...
Dika Saputra
Dika Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif Semester 1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Saya adalah pribadi yang sering bersosial, pemikir serta aktif dalam berorganisasi juga aktif menyuarakan isu sosial dan pendidikan. Seringkali mengoperasikan media sosial dengan gaya saya sendiri, juga saya sangat komunikatif dan adaptif terhadap perubaha dan percepatan, seringkali dapat di ajak berdiskusi dan senang bertsnggung jawab dalam menebar kebermanfaatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memaafkan

1 November 2024   19:57 Diperbarui: 1 November 2024   20:19 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan memaafkan kita tidak akan kekurangan atau mendapatkan kerugian apa apa, karenanya justru memaafkan adalah kemuliaan bagi hambanya dari Allah SWT. 

Orang yang paling penyantun di antara kalian adalah orang yang bersedia memberi maaf walaupun ia sanggup untuk membalasnya.

[ HR Al Anshari ]

Istilah memaafkan dalam bahasa Arab sendiri adalah Al 'Afwu. Artinya secara bahasa adalah melewatkan, membebaskan, meninggalkan pemberian hukuman, menghapus, dan meninggalkan kekasaran perilaku.

Sementara itu, secara istilah Al 'Afwu juga dapat bermakna menggugurkan (tidak mengambil) hak yang ada pada orang lain. Hal ini menjadi bukti mulianya sikap pemaaf, sebagaimana dilansir dari buku [ Berdakwah dengan Hati, oleh Syaikh Ibrahim bin Shalih bin Shabir Al-Maghdzawi ]

Islam  menganjurkan  untuk  memberikan  maaf  secara  sungguh-sungguh dan tidak dilakukan dengan syarat-syarat tertentu, bahkan tanpa diminta.  Lebih  dari  itu juga  dianjurkan  untuk  melebihkan  pemberian maaf  itu  dengan  mendoakan  orang  yang berbuat  salah  sebagaimana dicontohkan oleh Nabi. Dengan kata lain, pemaafan tidak hanya di bibir, tapi sampai di hati. Islam memberikan resep agar pemaafan tuntas, yakni memohonkan ampunan (mendoakan) bagi mereka serta bermusyawarah. Hal ini sebagaimana diperintahkan dalam al-Qur’an surat Ali-Imran 159. Selain  itu  Islam  juga  mengajarkan  untuk  tetap  menjaga keselamatan  dan kedamaian bagi semua pihak. Artinya, dengan dilakukan pemaafan, maka akan terwujudlah perdamaian dan keselamatan (al-Zukhruf: 89). [ Moh. Khasan, Perspektif Islam dan Psikologi tentang Pemaafan ]

Memaafkan  memiliki  dampak  positif  yang  sangat  banyak,  terutama  bagi  ketenangan  batin seorang  individu,  yaitu  dengan memaafkan  kita  dapat merasakan  emosi  positif  karena  tidak  lagi mengingat  hal-hal  yang  membuat  sakit  hati,  dapat melepaskan  perasan-perasaan  negative,  hati menjadi  lebih  tenang,  dengan  berkurangnya  rasa  marah,  tidak  lagi  merasakan sakit  hati  dan pastinya  dapat  menghilangkan  rasa  dendam  yang  pernah  bersarang  dalam  hati.(Nasrin,  2018). 

Ketenangan batin bisa didapatkan oleh seseorang dengan cara berdzikir kepada Allah SWT maka niscaya  hati  akan  menjadi  lebih tentram  dan nyaman,  dzikir  itu  sendiri  jika  senantiasa  dilakukan oleh seseorang  maka  akan  membuat  seseorang  akan  merasa dekat  dengan Allah  dan  merasa dilindungi  dimanapun  mereka  berada,  selain  itu  dzikir  akan  dapat  memberikan  kemuliaan  hati bagi  orang yang  senantiasa  melakukannya.  Namun  sebaliknya  jika  seseorang  sulit  dan  enggan untuk berdzikir kepada Allah, maka hati seseorang tersebut akan menjadi tertutup dan tentu Allah akan menjauhi orang-orang yang didalam hatinya tidak pernah mengingat-Nya, dan orang-orang yang  seperti  itu  akan  sulit  mendapatkan  ketenangan  batin.  Ketenangan  batin  dengan  cara berdzikir  seharunya  sudah  menjadi  suatu  kebutuhan  dalam  diri  manusia,  karena  banyak  manfaat yang akan diperoleh dari dzikir tersebut.(Kallang, 2017). [ Rahmat Hidayat, Konsep memaafkan dalam Psikologi Positif ]

Adapun  dalam  perspektif  Islam,  aspek-aspek  pemaafan  dapat mencakup  banyak  hal,  seperti: menahan  amarah,  memaafkan kesalahan, berbuat  baik  terhadap  siapapun  yang  berbuat  kesalahan  kepadanya, lapang  dada,  keluasan  hati,  menghapus kesalahan,  melupakan  masa  lalu yang  menyakitkan  hati, takfir(menutup  kesalahan  orang  lain),  membuka lembaran   baru,   memperbaiki   hubungan   menjadi   indah   (harmonis), mewujudkan  kedamaian  dan  keselamatan  bagi  semua  pihak, mendoakan orang  yang  berbuat  jahat,  bermusyawarah  dengan  orang-orang  yang pernah menyakiti (berbuat salah), dan menyerahkan urusan kepada Allah (tawakkal). [ Moh. Khasan, Perspektif Islam dan Psikologi tentang Pemaafan ]

Memaafkan atau forgiveness merupakan  salah  satu  konsep  dari  pikologi  positif.  Dalam hubungan setiap individu tidak mungkin berjalan selalu baik, pasti selalu ada kesalah atau kesalah pahaman  antar  individu  yang  menimbulkan  afektif  negative  dari  setiap individu.  Memaafkan merupakan pusat untuk mengembangkan manusia yang sehat dan hal yang paling penting adalah pemulihan hubungan  interpersonal  anatar  individu  setelah  terjadinya  konflik.  Memaafkan  juga dapat  mengurangi  tanggapan  negative yang terjadi  setelah  konflik. Wothington menyatakan bahwa  memaafkan  berfungsi  untuk  mengurangi  dan  membatasi  rasa  benci dan dendam  yang bersarang  dalam  hati  individu  yang  memungkinkan  mengacu  pada  pembalasan.  Dalam  bentuk sederhananya meaafkan  dapat  mengarahkan  individu  untuk  merasakan  suatu kebaikan  dari pelaku, dengan kata lain memaafkan juga akan mengarahkan individu pada perasaan positif. [ Rahmat Hidayat, Konsep memaafkan dalam Psikologi Positif ]

Kata Maaf mudah diucapkan, dilontarkan. Namun, tidak mudah untuk dipraktikkan. Kata "Maafkan Saya" seharusnya diucapkan pada saat memiliki kesalahan kepada orang lain. Justru lebih mudah untuk meminta maaf daripada memberikan maaf dan faktanya menunjukkan seperti itu. Seorang yang berada sebagai posisi korban, naluriahnya merasa berat untuk memaafkan. Namun karena berat, maka manfaat yang ada dibalik itu juga lebih besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun