Lobi kantor itu tetap sama. Meja resepsionis masih penuh dengan berkas, aroma kertas masih bercampur kopi. Tapi Erie tahu, semua telah berubah. Dunia telah menghapus bagian terpenting dari hidupnya.
Suatu sore, saat langit Jakarta mulai berwarna jingga, Erie memberanikan diri untuk duduk di kursi tempat Benny biasa menunggunya. Tak ada lagi kehadiran fisiknya, tapi dia bisa merasakan jejaknya di sana.
Dalam bayangannya, Erie melihat Benny berdiri di sudut, melambaikan tangan. Dan seperti biasa, Erie hanya menggeleng dan tersenyum, seolah berkata, "Aku tahu kamu selalu ada di sana."
Erie tak pernah meminta Benny menunggu di mobil lagi. Tapi kini, dia berharap, di suatu tempat yang jauh dari lobi itu, Benny sedang menunggunya. Bukan sekadar dengan senyum dan mata berbinarnya, tapi dengan kesabaran yang tak pernah habis dimakan waktu.
Karena Erie tahu, Benny bukan hanya penjemput. Dia adalah pelabuhan. Dan setiap kenangan yang tertinggal di lobi itu adalah perahu kecil yang akan selalu membawa Erie pulang.
Bogor, 29 Desember 2024
(ditulis berdasarkan kisah nyata)
Dikdik Sadikin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H