Akhirnya aku menemukan obat yang Ibu maksud. Lalu aku buru-buru menutup tas dan melompat turun dari bak mobil.
Ibu masih memegangi kedua tangan Dani dengan sekuat tenaga. Sedangkan Dani terus mencoba memberontak. Ibu menyuruhku untuk menghancurkan obat yang berbentuk tablet itu dan mencampurnya dengan air putih. Tak membutuhkan waktu lama untuk melaksanakan perintah Ibu tersebut dengan benar.
Aku memberi tahu Ibu bahwa obat penenang sudah siap diminum. Mendengar hal tersebut, dengan perlahan Ibu melepaskan genggaman tangan kanannya dari Dani. Lalu Ibu mengambil obat penenang tersebut yang sudahaku taruh di atas sendok makan. Entah bagaimana caranya, Ibu berhasil memasukkan obat tersebut ke dalam mulut Dani.
Tak lama kemudian Dani tertidur dengan pulas. Dan suasana kembali tenang.
Jam menunjukkan pukul tiga sore. Belum ada tanda-tanda kemacetan ini akan berakhir. Aku dan Ibu benar-benar gelisah sekarang. Menurut pemberitaan di radio, kemacetan ini sudah mencapai delapan puluh tiga kilometer dan akan terus bertambah seiring dengan banyaknya mobilyang melewati jalan tol ini dalam rangka liburan akhir tahun.
Tiba-tiba saja terdengar suara klakson mobil yang dibunyikan berkali-kali. Aku dan Ibu mencari tahu dari mana asal suara klakson tersebut. Beberapa pengendara lain terlihat keluar dari mobilnya. Mereka juga berusaha mencari tahu dari mana suara klakson tersebut berasal.
“Bu. Aku keluar sebentar, ya,” izinku sambil mengancingkan jaket.
“Oke. Hati-hati, Nak,” jawab Ibu.
Setelah keluar dari mobil, aku baru menyadari kalau suara klakson tersebut berasal dari belakang. Para pengendara mobil yang keluar dari kendaraannya berjalan ke arah belakang. Aku mengikuti mereka dengan langkah perlahan.
Ternyata suara klakson itu berasal dari sebuah Honda CR-V berwarna hitam. Beberapa orang terlihat berdiri di sekitar SUV tersebut. Aku tak berani mendekat. Jadi aku hanya berdiri di samping mobil yang posisinya tepat berada di depan Honda tersebut.
Seorang pria yang mengenakan jaket berwarna biru mengetuk jendela mobil tersebut.