Para pengelola tour and travel juga harus senantiasa memperbaiki layanan mereka agar bisa memenuhi kenyamanan para wisatawan, terutama dalam hal penyediaan transportasi yang layak dan akomodasi yang representatif.
Dalam aspek wisata sosial, para kelompok penggiat seni budaya, sanggar seni sebagai pelaku pagelaran seni juga harus berkreasi secara konsisten menghasilkan atraksi kebudayaan yang mampu memikat wisatawan.
Para perajin kesenian juga perlu berkreasi secara lebih baik lagi dalam memproduksi barang-barang kerajinan seni lokal yang dapat menjadi cinderamata atau souvenir yang bernilai agar bisa menjadi suatu barang komersial yang menarik bagi para wisatawan dan pengunjung. Dan yang terakhir serta tidak kalah pentingnya adalah elemen masyarakat lokal itu sendiri.
Masyarakat setempat yang wilayahnya akan dikunjungi tentu saja merupakan pihak yang diuntungkan dari aktivitas pariwisata tersebut. Oleh karena itu, perlu ada semacam kekompakan bersama agar suasana batin budaya yang ada di dalam masyarakat mampu memberi kesan yang baik untuk para pengunjung dan wisatawan.
Sehingga, nantinya mereka mau berkunjung kembali, bukan hanya untuk dapat menikmati suasana alamnya, tapi juga ingin kembali merasakan kehangatan dan kesantunan masyarakat yang ada di kawasan wisata tersebut, tempat dimana mereka merasa diterima dengan sangat baik.
Pada akhirnya, penetapan Likupang sebagai salah satu Destinasi Super Prioritas (DSP) Indonesia tentu sangat beralasan mengingat potensi keindahan alamnya yang sangat unik dan pastinya tidak kalah dengan spot-spot wisata kelas dunia yang sudah terkenal lebih dulu.
Sudah saatnya ekspansi pariwisata Indonesia Timur khususnya dari Sulawesi Utara harus diagresifkan sedemikian rupa sebagai tonggak awal bangkitnya pariwisata Indonesia pasca pandemi Covid-19 mendera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H