Duuuuuuuh! ada ada saja yang terjadi di Kota dan Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat ini. Sudah tenang dan damai warganya mikiran perut, eh sekarang muncul seorang wartawan (katanya sih) tapi kita tulis saja oknum.
Kenapa saya ragukan ia wartawan? Nulis judul atau berita aja masih belepotan kayak anak SD kelas 1. Ya maklum lah, kini jadi wartawan gampang modal cetak kartu aja.
Saya yang pensiuan dari pemerintahan ini ketawa saja lihat tingkat oknum wartawan ini.
Sudahlah tak bisa menulis, hidup dari mengancam dan mengemis saja. Itu realita yang terjadi kini. Saya mengalami dan mendengar langsung keluhan masyarakat dan pegawai.
Padahal dulu waktu saya masih dinas, banyak teman-teman wartawan yang berintegritas. Membuat berita jelas untuk masyarakat bukan untuk ancam mengancam demi paruik.
Beberapa kali bertemu dengan kawan di Pemko Solok, mereka ternyata mengeluh dan ada juga yang tak ambil pusing tingkat oknum wartawan ini.
Karena sudah muaknya dengan tingkah lakunya, bahkan ada juga guyonan, agiah se lah paja tu (pitih 25 ribu) pado manyalak lo beko nyo buek lo berita wak beko. Astagaaa. Begitu hina oknum ini dimata teman-teman saya.
Begitu rendahkah jadinya peran wartawan oleh oknum ini?. Padahal masih banyak wartawan di Solok yang berintegritas berdiri di jalannya.
Anehnya, memang mungkin tak tahu diri, tak punya malu. Nan si oknum ini pede aja. Padahal sumpah serapah tak akan menjadi daging bagi anak bininya.
Dan benar akhir-akhir ini terjadi lagi di Pemko Solok dan Pemkab Solok.