Kenapa, sih, pagi ini semua orang bertingkah sangat aneh? Pikir gadis itu terheran-heran.Â
.....
Ketika pulang sekolah, Anin terkejut melihat kakaknya tiba-tiba sudah berada di depan gerbang sekolahnya. Biasanya Anin selalu pulang sendiri naik bus sekolah sebab kakaknya bekerja. Jadi, tidak bisa menjemput Anin pulang sekolah. Tapi hari ini entah karena apa, kakaknya yang pendiam itu justru berdiri di atas motornya. Ia langsung saja berlari menghampiri kakaknya.
"Kakak kenapa jemput? Tumben. Kakak ngga kerja?" Tanya gadis itu langsung tanpa basa basi.
Kakaknya menoleh dan tersenyum. Dilihatnya wajah kakaknya yang sangat muram. Matanya pun bengkak seperti orang sehabis menangis. Hidungnya pun merah.
"Aku libur hari ini. Ayo naik. Aku mau ajak kamu pergi ke suatu tempat."
Anin menelengkan kepalanya. "Ke mana? Bunda ngga di ajak?"
Kakaknya menggelengkan kepala lalu memberikan helm kecil berwarna hitam miliknya. "Bunda sudah di sana."
Anin kebingungan tapi ia tetap mengikuti perintah kakaknya. Ia berpikir kakaknya mengajaknya pergi ke sebuah restoran untuk makan bersama. Hari ini, kan, ulang tahun Bunda, pikirnya riang. Itu sebabnya kakaknya memutuskan untuk libur hari ini karena ingin menghabiskan waktu bersama sebelum Bunda dan Kakak kembali bekerja. Selama diperjalanan, Anin bersenandung sambil melihat-lihat lalu lintas yang ramai. Hiruk pikuk kota yang tidak akan pernah padam, kecuali malam hari. Itu pun kadang ketika malam, banyak juga yang masih hidup di jalan. Seakan-akan di kota ini, di bumi ini, tidak ada yang benar-benar tidur.
Di sebelah kanan, Anin melihat restoran kesukaannya. Biasanya, mereka makan di restoran itu ketika bosan dengan makanan di rumah atau merayakan hari-hari penting. Tetapi dugaannya salah. Motor kakaknya tidak berhenti. Dengan cepat motor mereka pergi begitu saja melewati restoran tersebut. Anin kebingungan. Kenapa kita tidak berhenti? Sebenarnya kakak mengajakku pergi ke mana?Â
Pertanyaan itu terjawab setelah sekitar sepuluh menit berada di dalam kebingungan yang ia buat. Mereka berhenti di sebuah tanah kosong. Terdapat sebuah rumah petak yang sudah tua dan tampak reyot di sekeliling dinding. Dari rumah tersebut keluar sesosok laki-laki tua memakai sarung berwarna hijau dan kaus putih yang sudah menguning. Di kepalanya terdapat peci berwarna hitam. Hanya peci itu yang terlihat masih sangat bagus. Merasa diperhatikan oleh Anin, laki-laki tua itu menoleh ke arahnya. Ia pun tersenyum lalu datang menghampiri mereka.