Menilik dari letak mata air, sebaran batu dan tangga batu menuju menhir Tugu Gede yang menjadi 'tempat tertinggi' di kawasan situs ini, sepertinya dulu leluhur kita masuk dari sisi berlawanan dari arah kami masuk yang cenderung datar.Â
Pendirian bangunan megalitik oleh masyarakat masa itu bertujuan sebagai penghormatan bagi arwah dan kesempurnaan bagi mereka yang telah berpulang. Selain itu susunan batu merupakan "media" bagi arwah leluhur untuk memancarkan kekuatan dan kesejahteraan bagi anak cucu, kesuburan tanaman, peternakan serta keselamatan dalam mencari nilai kehidupan yang baru (Asmar, 1975:19-38).
Kami mengunjungi museum kecil yang terletak di samping rumah panggung keluarga Abah Jaya. Anda akan menemukan berbagai macam artefak termasuk replika dewi yang dipercaya sebagai Dewi Sri atau Pohaci yang terbuat dari terakota, melambangkan kesuburan.
Sayang sekali, waktu terlalu singkat untuk lebih lama mengamat berbagai bentukan batu dan belajar begitu banyak hal dari jejak leluhur kita dan kebijaksaannya hidup berdampingan selaras dengan alam. Semoga warisan tempat dan kebijaksanaan berharga ini terus lestari.
Teks dan foto: Diella Dachlan, Bimo tedjokusumo, Jelajah Sejarah Soekaboemi (JSS)
Sumber:
Pasaribu, Y. A. (2010). Penempatan benda-benda megalitik pada situs Tugu Gede Cengkuk, Sukabumi, Jawa Barat: sebuah kajian keruangan skala semi-mikro.
Sukendar, H. (1977). Laporan Penelitian Prasejarah di Daerah Jampangkulon dan Sekitarnya (Jawa Barat)'. Berita Penelitian Arkeologi, 10, 1-40.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H