Kang Deni menghabiskan masa kecilnya di situs ini ketika kakeknya bertugas, meski bertugas secara resmi pada tahun 2005. Dalam kurun waktu 12 tahun ini ia kerap kali menemukan jejak situs ketika sedang membersihkan kawasan. Temuannya itu ia laporkan ke kantornya yaitu  Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang (BPCB)  yang berlokasi di Serang, Banten. BPC ini adalah unit teknis dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Wilayah kerjanya meliputi Provinsi Jawa Barat, Provinsi DKI Jakarta, dan Provinsi Lampung.
Satu hal yang pasti, Indonesia sepertinya kurang tenaga arkeologi dan jurnal ilmiah untuk berbagai penemuan arkeologi yang begitu kaya tersebar di nusantara. Publikasi ilmiah serta liputan media mendalam dengan bahasa popular berdasarkan fakta ini yang kita harapkan dapat membantu mengurangi, bahkan mematahkan informasi-informasi abal-abal yang tidak berdasarkan penelitian ilmiah. Kalau sekedar untuk memperkaya tradisi dan budaya tidak mengapa, tetapi kita tetap membutuhkan informasi yang menguak fakta untuk diwariskan kepada generasi penerus kita nanti.
Anda tertarik?
Teks : Diella Dachlan.
Foto: Diella Dachlan, Bimo Tedjokusumo
Referensi:
History and Culture, West Java Tourism Board
Menguak Warisan Peradaban Megalitik Gunung Salak, Ahmad Fahir, Bidik Nusantara
Napaktilas Peninggalan Budaya, Group Facebook
Punden Berundak Pasamuan di Desa Pasir Eurih Kecamatan Ciomas Bogor, Bogor: Sebuah Penelitian Pendahuluan, Aditya Sudirman, 2008