Situs Arca Domas ini adalah salah satu yang paling sering digunakan untuk lokasi petilasan bagi mereka yang mempercayainya. Ada rombongan yang datang untuk tujuan berziarah, berdoa atau sekedar bertapa dan membakar dupa.
Bukan hanya Arca Domas, kawasan lain yang menjadi favorit untuk petilasan dan pertapaan adalah Situs Jamipaciing yang namanya konon diambil dari nama orang. Ada aliran sungai kecil dan pohon cempaka di kawasan ini, selain dupa dan kemenyan serta sesajen yang bertebaran. Selain itu pengunjung juga bertapa di Situs Cipangantehan. Cipangentehan ini juga menarik. Menurut Kang Deni, namanya diambil dari tanaman “teh” yang hanya tersisa kurang dari lima pohon di lokasi tersebut.
Ada dugaan bahwa di seputar kawasan ini adalah pemukiman manusia jaman dahulu kala. Mereka bermukim di gua-gua di seputar Gunung Salak. Gua-gua ini tersembunyi, entah karena tertutup longsoran atau belukar atau mungkin tertutup ketika Gunung Salak meletus pada Januari 1699.
Misalnya Gua Macan. Menurut Kang Deni karena petapa di dekat gua ini mengaku bertemu macan dalam petilasannya, sehingga sejak saat itu gua ini disebut sebagai Gua Macan. Menuju ke gua ini agak sulit dan harus ditemani juru kunci. Lokasinya berada di tebing dan merupakan jalur longsor. Pintu masuk gua pun tertutup oleh batu-batu besar, sehingga sulit untuk masuk ke dalamnya dan tidak direkomendasikan, karena berbahaya.
Berbeda dengan Situs Batu Bergores. Meski letaknya agak tinggi, jalurnya sudah dibuatkan tangga tanah yang ditahan oleh batang bamboo. Jadi relatif aman untuk mengunjungi lokasi ini. Hal menarik lainnya adalah situs kebun kopi. Meski namanya situs, tidak ditemukan sisa reruntuhan atau batu di sini, tetapi pohon kopi. Pohon kopi ini menurut Kang Deni, sudah ada sejak jaman Belanda. Panennya setahun sekali, diambil dan dijual entah kemana.
Jejak perkembangan pemukiman di Gunung Salak pada era Belanda dari literature adalah penugasan Letnan Tanoejiwa dari tanah Sunda oleh VOC pada tahun 1687 untuk mengembangkan kawasan perkebunan dan permukiman di Gunung Salak, sebelum Gunung Salak meletus pada tahun 1699.