Mohon tunggu...
Diella Dachlan
Diella Dachlan Mohon Tunggu... Konsultan - Karyawan

When the message gets across, it can change the world

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Arca Domas dan Kompleks Situs Cibalay Gunung Salak

8 Maret 2017   19:59 Diperbarui: 9 Maret 2017   22:01 15967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situs Jamipaciing yang juga sering dijadikan tempat petilasan. Foto: Diella Dachlan

Kang Deni di Situs Jamipaciing, situs setelah Arca Domas. Foto: Diella Dachlan
Kang Deni di Situs Jamipaciing, situs setelah Arca Domas. Foto: Diella Dachlan
Situs Jamipaciing yang juga sering dijadikan tempat petilasan. Foto: Diella Dachlan
Situs Jamipaciing yang juga sering dijadikan tempat petilasan. Foto: Diella Dachlan
Tempat Pemujaan Hingga Kini

Situs Arca Domas ini adalah salah satu yang paling sering digunakan untuk lokasi petilasan bagi mereka yang mempercayainya. Ada rombongan yang datang untuk tujuan berziarah, berdoa atau sekedar bertapa dan membakar dupa.

Bukan hanya Arca Domas, kawasan lain yang menjadi favorit untuk petilasan dan pertapaan adalah Situs Jamipaciing yang namanya konon diambil dari nama orang.  Ada aliran sungai kecil dan pohon cempaka di kawasan ini, selain dupa dan kemenyan serta sesajen yang bertebaran.  Selain itu pengunjung juga bertapa di Situs Cipangantehan. Cipangentehan ini juga menarik. Menurut Kang Deni, namanya diambil dari tanaman “teh” yang hanya tersisa kurang dari lima pohon di lokasi tersebut.

Situs Cipangantehan. Foto: Diella Dachlan
Situs Cipangantehan. Foto: Diella Dachlan
Sebelum ditetapkan menjadi situs, warga mengambil batu dari kawasan ini untuk dijadikan bangunan rumah. Setelah ditetapkan menjadi situs dan bagian dari kawasan Taman Nasional Gunung Salak Halimun, syukurlah kegiatan ini berhenti.

Salah satu situs abal-abal yang dibuat manusia modern, dekat situs Jamipaciing. Foto: Diella Dachlan
Salah satu situs abal-abal yang dibuat manusia modern, dekat situs Jamipaciing. Foto: Diella Dachlan
Yang agak sedikit mengganggu adalah cerita Kang Deni tentang adanya situs buatan manusia masa kini serta prasasti bertuliskan sansekerta.  Keduanya adalah produk manusia modern era tahun 2000-an yang dibuat dengan alasan untuk entah apa. Hanya mengingat kawasan ini belum sepenuhnya selesai diteliti, keberadaan situs abal-abal ini bagi saya pribadi cukup mengganggu.

gua-macan-01-58bffea2517a613c234f18db.jpg
gua-macan-01-58bffea2517a613c234f18db.jpg
Kebun kopi di kompleks Situs Cibalay merupakan peninggalan Belanda. Foto: Diella Dachlan
Kebun kopi di kompleks Situs Cibalay merupakan peninggalan Belanda. Foto: Diella Dachlan
Gua Macan, Batu Bergores dan Kebun Kopi Belanda

 Ada dugaan bahwa di seputar kawasan ini adalah pemukiman manusia jaman dahulu kala. Mereka bermukim di gua-gua di seputar Gunung Salak. Gua-gua ini tersembunyi, entah karena tertutup longsoran atau belukar atau mungkin tertutup ketika Gunung Salak meletus pada Januari 1699.

Misalnya Gua Macan. Menurut Kang Deni karena petapa di dekat gua ini mengaku bertemu macan dalam petilasannya, sehingga sejak saat itu gua ini disebut sebagai  Gua Macan.  Menuju ke gua ini agak sulit dan harus ditemani juru kunci. Lokasinya berada di tebing dan merupakan jalur longsor. Pintu masuk gua pun tertutup oleh batu-batu besar, sehingga sulit untuk masuk ke dalamnya dan tidak direkomendasikan, karena berbahaya.

Berbeda dengan Situs Batu Bergores. Meski letaknya agak tinggi, jalurnya sudah dibuatkan tangga tanah yang ditahan oleh batang bamboo. Jadi relatif aman untuk mengunjungi lokasi ini. Hal menarik lainnya adalah situs kebun kopi. Meski namanya situs, tidak ditemukan sisa reruntuhan atau batu di sini, tetapi pohon kopi. Pohon kopi ini menurut Kang Deni, sudah ada sejak jaman Belanda. Panennya setahun sekali, diambil dan dijual entah kemana.

Jejak perkembangan pemukiman di Gunung Salak pada era Belanda dari literature adalah penugasan Letnan Tanoejiwa dari tanah Sunda oleh VOC pada tahun 1687 untuk mengembangkan kawasan perkebunan dan permukiman di Gunung Salak, sebelum Gunung Salak meletus pada tahun 1699.

Situs Batu Bergores. Foto: Diella Dachlan
Situs Batu Bergores. Foto: Diella Dachlan
Penemuan Situs yang Belum Selesai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun