Mohon tunggu...
Diekdock
Diekdock Mohon Tunggu... -

Karyawan swasta pemilik blog ruangkita.co

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Gara-gara Judul Berita di Koran

18 Januari 2016   19:32 Diperbarui: 18 Januari 2016   19:32 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

KERUMUNAN orang memenuhi jalan, tepat di depan sebuah rumah mewah di Kota Metro Selatan. Mobil polisi dan ambulans pun ramai dengan suara sirenenya. Tak jarang beberapa orang berkerumun itu mengangkat telepon selulernya, merekam ke arah rumah bertingkat dengan cat warna putih.

Ambulans yang tadi buru-buru masuk ke dalam rumah, pun keluar lagi dengan suara sirenenya meraung-raung. Mobil itu melaju dengan cepat meninggalkan lokasi. "Ada dua yang mati. Katanya sih tadi pagi kejadiannya," kata seorang pria memakai helm yang turut berkerumun. "Katanya perampokan ya?" timpal warga lainnya.

Sementara itu di depan rumah, polisi berseragam dan memegang senjata tampak berjaga di pintu gerbang masuk rumah. Beberapa polisi lain memasang garis polisi sebagai tanda larangan masuk bagi yang tidak berkepentingan.

Di dalam rumah, polisi pun banyak. Mereka ada yang memeriksa ceceran darah di ruang tamu, ada yang mencatat, memotret dan ada pula yang menanyai warga.

Selain di ruang tamu, beberapa polisi juga memeriksa kamar. Di situ juga tampak bercak darah berceceran, lemari yang tampak acak-acakan. Ruangan lain di rumah yang banyak pernak pernik mewah itu, juga tak luput dari pemeriksaan polisi. Termasuk di halaman depan teras rumah.

"Pemilik rumah atas nama Pak Septian, Ndan. Dia sudah berangkat tadi pagi bersama istrinya. Korban MD (meninggal) tadi atas nama Abdul, Satpam yang jaga di sini. Kemudian yang kritis namanya Ane, pembantu," kata seorang petugas kepada atasannya.

Petugas bernama Dwi itu kembali melaporkan, bahwa diduga ada barang berharga yang hilang, termasuk uang tunai. Itu dilihat dari beberapa lemari, laci dan brankas yang rusak. "Sementara itu Ndan sambil nunggu Pak Septian datang," kata Dwi anggota Satuan Reserse dan Kriminal Polres Kota Metro Selatan kepada pria yang bernama Komisaris Polisi Andri, Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Kota Metro Selatan.

Rupanya pagi itu sekitar pukul 10.00 waktu setempat, terjadi perampokan di rumah Pak Septian, pengusaha dan pedagang emas di kota itu. Seorang Satpam ditemukan tewas di halaman depan teras diduga dibacok pelaku, sementara seorang pembantu ditemukan kritis di kamar milik majikannya. Analisa kepolisian sementara, pembantu itu diseret pelaku untuk menunjukkan kamar majikannya.

Kerumunan warga itu bubar setelah polisi pergi dari lokasi kejadian. Pak Septian dan istrinya setelah dimintai keterangan, turut diajak ke kantor polisi. Di rumah itu hanya tinggal dua polisi yang berjaga.

"Ini pasti lebih dari dua orang pelakunya. Nanti tolong lidik di sekitar sini, tanya ke warga sekitar dia melihat orang masuk atau keluar tidak sekitar jam 8 sampai 10. Lokalisir informasi di sekitar. Kami ke kantor dulu, nanti laporkan perkembangan di lapangan," kata Andri kepada anggotanya, lima orang Unit Kejahatan dan Kekerasan Satuan Reserse dan Kriminal Polres Kota Metro Selatan yang berpakaian sipil.

Di kantor polisi, di ruangan Satuan Reserse dan Kriminal Polres Kota Metro Selatan, Pak Septian dan istrinya dimintai keterangan langsung oleh Andri didampingi Kepala Unit Kejahatan dan Kekerasan Satuan Reserse dan Kriminal Polres Kota Metro Selatan, Ajun Komisaris Polisi Agus Setianto dan satu penyidik.

Septian menceritakan, pagi itu seperti biasa dia dan istrinya pergi ke toko berdagang emas sekitar jam 7. Di rumah berpagar tinggi itu hanya tinggal seorang Satpam bernama Abdul dan pembantu bernama Ane. Saat berangkat, tidak ada kejadian yang mencurigakan di sekitar rumahnya. Keduanya baru tahu ada perampokan yang menimpa rumahnya setelah ditelepon Ketua RT bernama Tatang.

"Emas dagangan kami bawa ke toko. Ada sekitar 200 gram yang saya tinggal. Itu yang hilang. Kemudian perhiasan pribadi istri saya sekitar 100 gram di laci, jam tangan rolex milik saya dan istri, uang dollar sekitar 3.000 dan uang rupiah sekitar 10 juta juga hilang dari brankas. Barang lain yang hilang handphone, ipad dan laptop ada dua Pak," cerita Septian. Total kerugian jika dirupiahkan mencapai sekitar Rp225 juta.

"Dalam waktu dekat kemarin apa ada pergantian pembantu atau Satpam?" tanya Agus.

"Tidak ada Pak. Mereka berdua ini sudah ikut kerja kami 10 tahun lebih. Mereka sudah kami anggap sebagai saudara karena keduanya tinggal di rumah kami. Kalau karyawan di toko semua perempuan, ada tiga," jelas Lastri, istri Septian.

"Siapa saja mereka? terus beberapa waktu lalu apa pernah ada tamu mencurigakan?" sambung Andri.

"Tiga karyawan saya juga sudah lama ikut kerja kami, mereka Ayu, Wiwik dan Retno. Masih bujang semua. Mereka bertiga indekos Pak. Kalau tamu tidak pernah ada yang mencurigakan. Rata-rata tamu yang datang, saya atau istri kenal baik," jelas Septian. Setelah dianggap cukup, pemeriksaan pun rampung. Pasangan suami istri itu pun pulang.

Selain Septian dan istrinya, Andri juga memintai keterangan Ketua RT 50, Tatang. Ketua RT inilah yang melapor ke polisi kejadian di rumah Septian. "Saya mendapat laporan dari Dirham, petugas kebersihan lingkungan RT Pak. Katanya waktu mengambil sampah di bak sampah samping gerbang pagar, sekitar jam 9 lebih, dia melihat pagar terbuka. Menurutnya tidak seperti biasanya sehingga dia mengintip dan melihat Abdul tergeletak. Saat dipastikan rupanya ada darah di sekitarnya sehingga Dirham melapor ke saya," kisah Tatang kepada Andri dan Agus.

Setelah mendapat laporan dari Dirham, Tatang dan warga lain pun mendatangi lokasi. Setelah memastikan ada yang tidak beres, Tatang menelepon Septian serta melapor ke polisi. Tatang pun pulang setelah dimintai keterangan.

"Ton, gimana di lapangan?" Agus menelepon Hartono, anggotanya yang melakukan penyelidikan di lapangan.

"Masih jalan Ndan. Ada CCTV di rumah itu tapi sudah tidak aktif Ndan. Masih kami lokalisir data mobil yang melintas di jalan ini sesuai keterangan warga. Kami juga koordinasi dengan petugas Dinas Perhubungan untuk mengecek CCTV di jalan masuk arah TKP. Nanti perkembangan kami laporkan menyusul," kata Hartono di ujung telepon.

"Dik, nanti cek kelompok pemain (istilah pelaku perampokan) lama yang baru keluar dari rumah tahanan dan Lapas (Lembaga pemsyarakatan) dalam dua bulan terakhir. Kalau dilihat dari aksinya, mereka ini pemain lama. Mungkin juga pemain antar pulau," kata Andri kepada Agus.

"Siap bang," jawab Agus. Tak lama setelah berdiskusi dengan Agus di ruangan Andri, datang rombongan wartawan. Mereka hendak mengkonfirmasi soal peristiwa yang terjadi. Namun, Andri belum mau komentar karena belum melapor ke Kapolres Kota Metro Selatan.

"Sebentar ya mas dan mbak, saya laporan dulu. Siapa tahu nanti beliau yang berkenan memberikan keterangan," jawab Andri yang membuat para awak media itu agak kecewa.

Para wartawan dari berbagai media yang ngepos di kepolisian itu pun keluar ruangan dan duduk di depan. Sebenarnya para wartawan ini sudah meliput di lokasi kejadian, namun masih membutuhkan keterangan polisi untuk melengkapi berita yang akan ditulis atau ditayangkan di televisi.

Apalagi mereka belum mendapatkan kejelasan apakah kejadian itu murni pembunuhan atau perampokan. Jika perampokan, berapa kerugian yang dialami pemilik rumah, apa saja yang hilang. Pemilik rumah belum bisa dikonfirmasi soal itu karena masih mengurusi dua karyawannya yang menjadi korban. Pemilik rumah meminta para wartawan bertanya ke kepolisian untuk data peristiwa itu.

Setelah menunggu beberapa jam, Andri kembali ke ruangan dan dicegat para wartawan itu. "Ayo masuk ke ruangan saja, saya jelaskan di dalam," ajak Andri yang masih didampingi Agus. Kemudian satu anggota juga masuk membawa berkas dan beberapa barang bukti.

"Terkait peristiwa yang terjadi di rumah milik Bapak Septian yang terletak di Jalan Nangka Nomor 85, RT 50 kami duga murni kejadian perampokan. Berapa pelaku dan bagaimana kejadiannya, kami masih melakukan penyelidikan. Kemudian korban meninggal atas nama Abdul, umur 48 tahun, mengalami luka bacok di kepala dan luka tusuk di perut. Satu lagi korban atas nama Ane, umur 25 tahun, masih dirawat di rumah sakit umum mengalami luka bacok di lengan," jelas Andri.

"Ini adalah kasus perampokan terbesar di kota ini sehingga kami akan bekerja keras mengungkapnya. Kenapa saya sebut kasus perampokan besar, karena ada korban meninggal dan kerugiannya mencapai sekitar Rp500 juta atau setengah miliar lebih. Yang pasti kasus ini masih dalam penyelidikan," ujar Andri menutup keterangannya.

"Ndan, apa saja barang yang hilang kok kerugiannya sebesar itu? Apa ada kemungkinan keterlibatan orang dalam?" tanya salah satu wartawan.

"Paling banyak perhiasan, kan korban dagang emas di toko. Masih kami rinci kerugian barang hilang. Kalau soal orang dalam, itu masih penyelidikan. Sementara itu dulu, nanti perkembangan di lapangan kami sampaikan," kata Andri.

Keesokan paginya, semua media menjadikan peristiwa itu sebagai berita headline. Judulnya pun dibuat besar-besar. Beberapa di antaranya berjudul: 'Perampok Bacok Satpam Gondol Uang Setengah Miliar', 'Satpam Tewas Dibacok Rampok, Kerugian 500 Juta', ' Rumah Juragan Emas Dirampok, Satpam Tewas Dibacok'.

Dua hari setelah kejadian itu, polisi belum mengungkap kasusnya. Namun ada beberapa petunjuk yang mengarah ke dugaan pelakunya. Unit Kejahatan dan Kekerasan berhasil mengidentifikasi mobil yang diduga digunakan pelaku. Mereka pun sedang memburu pemilik mobil itu melalui kerjasama dengan Satuan Lalu Lintas. "Mobil rental yang dipakai. Ciri-ciri penyewa sudah kami gambarkan," kata Hartono kepada Andri.

Kemudian Agus bersama anggotanya juga sudah mendata para pelaku pencurian atau perampokan yang baru keluar dari Rutan dan Lapas. Ada beberapa nama yang dicurigai. Di antara para residivis itu, terdapat nama Joni, yang sudah tiga kali masuk penjara karena kasus perampokan. Dia baru seminggu keluar Lapas.

Sementara itu, di kota berbeda, tepatnya di Kabupaten Metro Utara, di sebuah lokalisasi tampak tiga pria pesta minuman keras ditemani tiga wanita tuna susila. Di wisma paling besar di antara wisma lainnya, tepatnya di blok D lokalisasi itu, Karnan, Arif dan Joni asyik bernyanyi sambil minum minuman keras yang dituang para wanita itu.

Lokalisasi itu termasuk lokalisasi besar. Kota Metro Utara hanya berjarak sekitar 20 kilometer dengan Kota Metro Selatan melalui jalur darat. Di tengah-tengah jalur antara kedua daerah itulah lokalisasi yang terdiri dari puluhan blok berdiri.

"Ayo ambilkan minuman lagi sayang. Kalau perlu kubayar dobel malam ini, hahaahahaha," kata Joni sambil memeluk wanita yang mendampinginya.

Si wanita itu berdiri ke bartender meminta minuman lagi. Bartender itu ada di sebelah mereka duduk. Wisma itu terdiri dari ruang tamu berisi bartender dan meja kursi yang dijadikan tempat para tamu untuk minum. Di ruang tamu itu juga ada televisi berukuran 32 inchi dengan suara sound system yang keras sehingga menambah suasana ramai wisma.

Kemudian di belakang ruang tamu, tampak dua deret kamar-kamar berukuran 2x3 meter sebanyak 6 di sebelah kiri dan 5 di sebelah kanan. Di bilik-bilik itulah para tamu pria hidung belang kencan singkat menyalurkan syahwatnya dengan para wanita yang ada di wisma.

Hampir tiga jam Joni, Arif dan Karnan di wisma Bunga Mekar itu. Sudah banyak botol minuman keras yang kosong. Tak lama muncul Santoso dan Mul. Keduanya pun bergabung di meja Joni dan kawan-kawan. "Kemana saja bos? Dari tadi ditunggu kayak nunggu artis aja hahahahaha. Ayo minum. Sayang, panggilkan dua temanmu yang mantap. Si Santoso ini seleranya semok hahahaha," kata Joni menyapa Santoso dan Mul serta minta tolong teman wanitanya memanggilkan cewek lagi.

"Malam ini kita pesta. Dua tahun di penjara rasanya sumpek, bagaiman San?" kata Joni ke Santoso. Mereka berdua sebelumnya pernah satu sel di Lapas. Santoso keluar dua bulan lalu, sementara Joni baru seminggu.

"Iya bos. Langsung dapat kerjaan lagi. Rasanya pegang uang ratusan juta itu mantap ya? lupa semuanya yang penting senang-senang," jawab Santoso ketus.

"Tapi ratusan juta itu kan sudah kita bagi rata, jadi ya ndak ratusan lagi. Ayo kita joget," Joni menarik tangan teman wanitanya mengajak joget. Kebetulan lagu yang diputar lagu dangdut koplo berjudul 'oplosan'.

"Halaaah, dibagi rata darimana?" sergah Santoso.

Joni yang tadi berdiri pun duduk dengan wajah berbeda. "Apa maksudmu? Kamu menuduh aku ngambil duitnya? Kan jelas kubagi di depan kalian semua uang tunai dan hasil penjualan barang. Kamu jangan macam-macam. Beruntung kamu kuajak kerja. Dendammu juga terlampiaskan. Prinsipku kita kerja bersama, dibagi bersama, paham!" jawab Joni teriak.

Santoso pun mengeluarkan dua koran dan membantingnya di meja. "Coba semuanya, baca koran-koran ini. Berapa nilai yang kita ambil kemarin dan berapa yang dibagi Joni?" ujar Santoso menunjuk judul berita di dua koran yang dibawanya. Judul beirta itu di antaranya; 'Perampok Bacok Satpam Gondol Uang Setengah Miliar' dan 'Satpam Tewas Dibacok Rampok, Kerugian 500 Juta'.

Suasana makin panas. Arif, Karnan dan Mul yang dari tadi diam pun ikut memperhatikan dua koran itu. "Tapi aku juga ikut menjualkan barang, memang uangnya terkumpul segitu, 250 juta yang kita bagi itu," kata Arif.

"Jangan-jangan memang kalian sekongkol dan membagi sisanya berdua. Ndak bener ini," Mul ikut teriak.

Joni kembali berdiri dan nampak makin emosi. "Hai bangsat, aku memang perampok, maling tapi tidak mencuri dari teman sendiri, paham! Jangan cari gara-gara sama aku. Anjing kalian berdua," Joni meledak emosinya kemudian mengambil botol bir dan melempar ke kepala Santoso.

Para wanita berteriak lari. Kelima pria yang sudah terpengaruh alkohol itu pun berkelahi. Meja dan kursi berjatuhan, botol banyak yang pecah. Bahkan, Santoso mengeluarkan celurit dan menebas Joni. Namun, tebasan itu bisa dihindari oleh Joni yang kemudian mengeluarkan parang. Arif dan Karnan di pihak Joni juga mengeluarkan senjata tajam yang dibawa masing-masing. Santoso hanya dibantu Mul, yang juga membawa senjata tajam.

Jumlah yang tak seimbang membuat Santoso dan Mul terdesak. Tebasan parang Joni mengenai pelipis Santoso hingga terjatuh. Sementara Joni terkena tusukan pisau Mul. Hal sama juga dialami Mul, lenganya ditebas parang oleh Karnan.

Susana makin kacau, semua wanita dan pemilik wisma berhamburan hingga datang petugas keamanan lokalisasi. Namun karena melihat lima pria mabuk saling bertimpasan, mereka melapor ke polisi.

Saat polisi datang bersenjata, Santoso sudah tak berdaya dengan luka bacok yang banyak di tubuhnya, begitu juga Mul. Sementara Joni yang masih berdiri pun tak sanggup kabur saat ditangkap polisi. Karnan dan Arif yang hanya menderita luka ringan berhasil kabur. Malam itu lokalisasi menjadi gempar.

Santoso, Mul dan Joni pun dilarikan ke rumah sakit dengan penjagaan polisi. Sementara Arif dan Karnan berhasil ditangkap malam itu juga. Keduanya diamankan di Polres Metro Utara dan menjalani pemeriksaan. Barang bukti senjata tajam serta koran turut diamankan.

Selain mereka, lima wanita dari wisma serta pemilik wisma dan petugas keamanan di lokalisasi turut dibawa untuk dimintai keterangan. Malam itu, setelah semuanya dibawa ke Polres, suasana lokalisasi sepi. Musik yang diputar keras pun dimatikan, meskipun masih ada di beberapa wisma yang menerima tamu.

Melalui pemeriksaan polisi di Polres Metro Selatan, terungkaplah, bahwa kelima orang, yakni Joni, Santoso, Mul, Arif dan Karnan adalah pelaku perampokan di wilayah Metro Utara. Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Metro Selatan pun menelpon Andri berkoordinasi terkait lima terduga yang diamankan.

Ketiga pelaku, yakni Joni, Karna dan Arif dibawa ke Polres Metro Selatan, sementara Santoso dan Mul masih dirawat di RSU Metro Utara.

Setelah diinterogasi, ketiganya mengaku sebagai pelaku perampokan di rumah Septian. “Iya Pak, saya yang mengumpulkan teman-teman. Tapi yang mengetahui kondisi rumah Santoso karena dia pernah beberapa minggu kerja sebagai tukang di rumah itu. Tapi Santoso dilaporkan bosnya itu karena dituduh mencuri perhiasan,” kata Joni.

Rupanya Joni dan Santoso pernah satu sel dengan kasus yang sama, yakni pencurian. Jika Joni ditahan 2 tahun karena perampokan, Santoso ditahan 1 tahun karena mencuri di rumah Septian. Selama di tahanan itulah Santoso mengenal Joni. Selama itu pula keduanya saling bercerita hingga timbul rencana menggarong rumah Septian.

“Saya di tahanan sudah setahun baru Santoso masuk. Dia lebih dulu bebas dua bulan lalu Pak. Setelah saya keluar baru kami mulai kerja,” tambah Joni.

“Terus kenapa kalian ribut sendiri sampai bertimpasan senjata tajam?” tanya Andri.

“Saya dituduh mengambil hasil uang yang kami ambil dari rumah itu. Padahal saya sudah bagi rata, masing-masing mendapat 50 juta. Santoso ngotot hasilnya 500 juta, bukan 250 juta karena dia baca di koran,” jawab Joni.

Andri hanya tersenyum puas. Rupanya strateginya mengumumkan jumlah kerugian dua kali lipat di koran menjadikan para pelaku berebut dan menarik perhatian polisi. Namun, sebelum kejadian itu, Andri dan timnya sudah mengantongi nama Joni.

Kini Joni harus kembali meringkuk di tahanan untuk kesekian kalinya setelah seminggu menghirup udara bebas. Begitu juga dengan Arif dan Karnan. Sementara Santoso dan Mul juga akan menyusul jika dianggap lukanya sudah membaik.

Andri, Agus bersama Kapolres Metro Selatan pun kembali mengundang wartawan menggelar jumpa pers terkait pengungkapan kasus perampokan yang menewaskan seorang Satpam. “Motifnya murni perampokan. Namun ada juga dendam dari salah satu pelaku yang dulu pernah dipenjara karena dituduh mencuri di rumah korban. Jadi pelaku yang dendam ini pernah jadi tukang di sana sehingga hafal seluk beluk dan kegiatan di rumah itu. Total ada lima tersangka. Barang bukti juga sudah kami amankan,” jelas Komisaris Besar Polisi Ronald, Kapolres Kota Metro Selatan dalam keterangan persnya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun