Mohon tunggu...
Sandiego Himawan
Sandiego Himawan Mohon Tunggu... -

ein Student in Medizintechnik und biomedizinischer Wissentschaftler

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Barzakh Diriku

12 Oktober 2013   01:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:39 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Barzakh Diriku

Oleh : Sandiego Himawan

Sebelum maut menjemput

Sebelum bilah-bilah yang tergeletak membusung

Hingga kucurkan cairan kental merah dari Jantung

Aku terkulai bualan terpaut dalam hati

Sepiring dua kali dalam cacian dan maki

Dengan segelas nanah segar yang menyeringai

Aku … takkan sanggup dalam Barzakh diriku

Dalam tindihan kesedihan yang mengaku Juragan

Dan Kebesarannya terpampang di papan kekecilan

Sembir seburit bibir sembur maut tak beralat kualat

Komat-kamit ia dekat dupa-dupa berasap tengik

Mencerita kisahnya yang mulai kebanyakan terlupakan

Selagu berbicara laga di partitur Barzakh kepunyaanku

Hingga Beliung-beliung mistar beralih pulih dari mautnya

Tak lupa sebagai Pamannya yang telah meledek para Dewa

Aku tak percaya pada Dewa pujaannya yang disembah semalam suntuk

Berikut jenggot-jenggot penghias muka masamnya yang berkeropeng

Kembalilah ke Tanah wahai Barzakh diriku

Engkau bermurah hati menunjuk maut kepadaku

Namun aku belum sanggup mencicipi nikmatnya Deritamu

Bahkan Violin yang bernada sendu mulai bergurau gila

Kata mereka yang tersampaikan oleh kata dalam kalimat yang bercerita

Dengarlah serakku yang mencumbu dengan Ribuan Derita mu

Kalbuku tak sadarkan pikirku yang terbubung berat oleh jerat

Sudahkah Linguistikmu itu menyadarkan sentral kalbumu ?

Aku lelah melihat ketamakanmu dalam tertawa penuh bualan itu

Sebilah yang merobek paruku telah kau laksanakan dengan baik

Tak hanya membunuh nafasku namun Kau binasakan Kemenakannya

Sungguh Barzakh diriku tak mampu mengisolasi arogansinya lebih dari Kau

Daripadanya aku berpikir dalam bilik-bilik sedih dan derita yang Kau Ciptakan

Cukup Nyaman untuk membunuhku perlahan dengan berbagai scalpel mu

Bahkan sebelum maut menjemputku Aku sempat melimpahkan ceritaku ini

Dengan simfoni yang sanggup mendenyutkan pisau berbilah kepunyaannya

Namun Sayatku lebih tajam dari ribuan cara yang mendekati kegilaan dalam tujuanmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun