“Ben, lo lagi dimana ? Gue udah di control room nih.”, Rheza menelpon Ben yang sedang menyalakan mobil VW Käfer -nya.
“Iya nih, gue lagi mau kesana bentar lagi. Jangan mulai tanpa gue !”
“Iyaa.. iyaa.. schneller, bitte (tolong cepetan) ! Gue tunggu.”
“Okeee, tschüss (dah) !”
Jum'at minggu itu Ben dan Rheza ingin menguji analisisnya terhadap impuls yang terjadi saat dua partikel proton bertabrakan dengan daya energi dalam LHC sebesar 14 Teraelectronvolt. Tak lupa pula ia telah menyiapkan jas hitamnya untuk dinner besok malam bersama sahabatnya. Tak lama setelah Ben memarkirkan mobilnya, terdengar bunyi ledakan dari sektor LHC yang akan ia kunjungi. Ia berlari menuju arah ledakan dan melihat kebakaran dari dalam sektor tersebut.
“ZHAAA !!! RHEZAAA !!! LO DIMANAA? JAWAB GUE KALO LO DENGER !!”, Ben berusaha mencari sahabatnya itu dan menolong orang yang masih bertahan akibat ledakan.
“RUN ,YOU FOOLS !! THIS PLACE IS GOING TO EXPLODE AGAIN !!”, teriak salah satu orang yang tengah berlari dari reruntuhan bangunan itu sambil menarik Ben yang masih mencari Rheza.
“BEN !!! GUE DISINI !! LO KELUAR DULU SANA !! GUE NANTI NYUSUL !!”, Suara Rheza terdengar dari kejauhan. Ia membawa tas kerja tuanya dan terlihat pincang di kakinya.
“ZHA !!! LARIII !!”, Ben ingin menyusul Rheza dan menolongnya namun ditahan oleh orang yang membawanya keluar. Beberapa waktu kemudian, ledakan kembali terjadi dan seluruh sektor tersebut runtuh seketika. Sebelum runtuhan tersebut mengenai Rheza, ia pasrah dan tersenyum kepada Ben seakan-akan ia ingin berkata,”Everything is gonna be alright”.
“....”, Ben terhenyuh lemas melihat temannya tewas tertimpa reruntuhan tersebut.
“RHEZAAAAAAAAAAAAAAAAAA !!!”