Mohon tunggu...
Sandiego Himawan
Sandiego Himawan Mohon Tunggu... -

ein Student in Medizintechnik und biomedizinischer Wissentschaftler

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

300 Halaman/Detik

5 April 2014   12:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:03 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ih, penasaran Paa, ya udah deh cerita aja dulu..”,Emily menatap wajah ayahnya penuh sayang.

“Okay, Papa mulai yaa..”, ia membuka buku tua tersebut. Sampul buku itu memang rapih dan terlihat awet namun warnanya sedikit kusam dan pudar, mungkin termakan oleh waktu yang cukup lama. Buku tersebut tak berjudul hanya terlindungi oleh sampulnya yang berwarna merah marun. Tanpa nama penulis di sampulnya pula seperti kebanyakan buku yang ada. Isi Buku tersebut terhitung sebanyak 300 halaman dengan kertas berwarna putih kecoklatan dan ditulis dengan tinta hitam yang tergores oleh pena tua. Dari kumpulan kertas inilah, semua cerita kan berawal.

Halaman 1

Hari itu tanggal 9 November 2021 dan seperti hari biasanya di laboratorium percepatan partikel terbesar di dunia, CERN atau Conseil Européene pour la Recherche Nucléaire. Organisasi Eropa untuk riset nuklir yang terletak di perbatasan antara Perancis dan Swiss tersebut menjadi sebuah tempat kerja impian bagi seorang fisikawan muda bernama, Benedict Adhidrawa, yang biasa disapa oleh teman-temannya Ben. Musim Gugur saat itu, sinar mentari menghangatkan cuaca yang dingin dipadu dengan angin yang berhembus kencang. Disela-sela kesibukannya di laboratorium CERN, Ben mempunyai kegiatan lain sebagai mahasiswa muda yang sedang menyelesaikan disertasi S3-nya di Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule (RWTH) Aachen dengan pemfokusan ilmunya terhadap Fisika Energi Tinggi atau Fisika Partikel. Ketika ia sedang menganalisis sebuah partikel di laboratoriumnya, ia dapat tidak tidur berhari-hari hingga ia merasa lelah dan tertidur di meja kerjanya. Hari ini sepertinya kita beruntung, ia tertidur pulas di meja kerjanya hingga menjatuhkan pena kesayangannya yang bertuliskan, “Pena Angkatan Ikatan Alumni Mahasiswa ITB tahun 2019”.Pena tersebut dipungut kembali oleh seorang pria berjas putih laboratorium sambil membangunkan Ben.

“Ben.. Ben.. Mas Bro, bangun … udah jam 23:00 nih, 1 jam lagi lab mau tutup.”, pinta pria itu.

“Hhh.. bentar lagi Zha... masih ngantuk nih... cewek nya mana cakep lagi.”

“Makanya nikah ! udah mau S3 juga masih jomblo. Jangan Muon sama Neutrino mulu yang dipikirin. Udah bro bangun.. entar didatengin sama Herr Dieter loh.”, di jas lab putih pria itu tersemat sebuah nama : Rheza Balin Rizqiaputra, ia adalah sahabat, peneliti dan partner kerja Ben di CERN dan RWTH Aachen. Mereka berdua adalah generasi muda kebanggaan bangsa sebagai Peneliti CERN yang hanya berasal dari Indonesia.

“Duh, jangan sampe deh, dia lebih merepotkan ketimbang Muon dan Neutrino. Tolong ambilin jas tebal gue Zha yang ada di deket papan tulis sana.”, Ben langsung terbangun dari tidurnya dan segera merapikan kertas-kertas yang berisikan teori dan analisisnya, memasukan ke dalam tas kerjanya yang mulai rusak dan mencuci mukanya.

“Ben, Akhir pekan ini lo ada acara ga ?”

“Hmm, belom tau juga sih, gue mau masuk lab lagi nih, masih banyak yang harus dianalisis. Hari ini aja gue ga tau bisa ngantuk kaya gini. Kenapa Zha ?”

“Ya wajarlah lo ngantuk ! lo belom tidur 3 hari dari kemaren Senin. Gue akuin emang seru sih semenjak kita masuk lab sini, tapi lo harus perhatiin tuh kondisi badan lo.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun