“Ada apa sih, Sayang ?”
“Bilangin sama Edgar tuh biar ga gangguin adiknya lagi, sama mamanya ga mau denger.”
“Tapi Pa , aku ga ngerusakin mainannya diaaa, aku cuman penasaran aja.”, timpal Edgar.
“Gar... denger kata mama kamu”, ucap ayahnya dengan tenang dan simple.
“Tapi Paa...”
“Ga ada tapi-tapian, sini sama Papa, Emily juga.. Papa mau cerita sesuatu sama kalian.”
“Cerita ?! Yeaaaayyyyyy, Emily pengen denger cerita Papaaa”, Emily terlihat ceria seketika.
“Duh, bakal lama deh... Cerita apa sih Pa ?”, Edgar sepertinya sudah cukup bosan mendengar cerita dari ayahnya, karena sejak kecil ia selalu mendapat cerita pengantar tidur yang menurut dia cukup tidak masuk akal dan aneh.
Sang Ayah menggendong mereka sampai ke tempat tidur yang ada di lantai dua rumah itu. Tempat tidur Edgar dan Emily berada dalam satu ruangan dan masing-masing tempat tidurnya terletak dekat satu sama lain. Malam itu cukup dingin walaupun sudah memakai penghangat di dalam ruangan mereka. Dekat dengan saklar kamar tersebut terdapat termometer ruangan yang menunjukkan skala suhu 10 derajat celcius. Mereka berdua diselimuti oleh ayahnya dengan selimut tebal dari wol. Lampu di kamar mereka sengaja di redupkan oleh ayahnya. Tiba-tiba, sang ibu masuk ke kamar mereka membawa sebuah buku yang diminta oleh suaminya sebelum ke kamar atas.
“Pa, mau cerita apa sih ? Ko tumben kaya gini ?”, tanya Edgar yang penasaran.
“Ih diem deh, papa belom mulai juga udah berisik aja”, timpal Emily.