Keempat, Soal yang HOTS. Sebagai pendidik tentu sering disarankan oleh para trainer untuk membuat soal HOTS (High Order Thinking Skill) atau Kemampuan berpikir tingkat tinggi. Tapi sayangnya daya pikir peserta didik belum semuanya bisa mengikuti, yang terjadi di lapangan saya menemukan siswa yang mengerjakan soal seperti pelajaran Matematika saja diberi kertas untuk hitungan saja tidak pernah disentuh. Jadi bisa ditebak peserta didik menjawab soal ujian bukan melalui proses menghitung tetapi lebih karena "lucky" atau "keberuntungan".
Jika jawabannya tepat maka nilainya akan bagus, tetapi jika jawabannya tidak tepat maka peserta didik akan mendapatkan jawabannya salah dan berakibat nilainya rendah. Miris sebenarnya melihat hal tersebut tetapi apa daya inilah kenyataannya di lapangan.
Kelima, Pelajaran TIK hilang tapi Ujian berbasis Komputer. Ada hal yang menarik dicermati di negeri ini. Mata pelajaran yang harus dipelajari agar siswa bisa mengoperasikan komputer dan menggunakan teknologi informasi tersebut yakni Mata Pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) tapi sayangnya pelajaran tersebut dihilangkan dan diganti dengan Prakarya, walaupun ada yang masih menyisipkan materi TIK ke dalam pelajaran tersebut tetapi tentu hasilnya berbeda dengan siswa mempelajari pelajaran TIK. Â
Semoga catatan penting mengenai UNBK ini diperhatikan oleh penentu kebijakan pendidikan di Indonesia agar UNBK di masa yang akan datang lebih baik lagi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H