UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer) tingkat SMP/MTs baru saja usai dilaksanakan. Rasanya plong ketika hajatan nasional ini sudah berakhir. Sebelum dan selama pelaksanaan UNBK rasanya dag-dig-dug gak karuan karena ada berbagai kekhawatiran yang mungkin terjadi selama pelaksanaan UNBK.
Berikut ini catatan penting UNBK SMP bagi sekolah penyelenggara UNBK dan pihak yang memiliki hajatan besar UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer) yakni Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan :
Pertama, Peralatan dipersiapkan sebelum UNBK. Peralatan UNBK seperti komputer/laptop, jaringan internet, kabel untuk LAN dan lain-lain harusnya ada bantuan dari pemerintah sebelum UNBK karena dana yang butuhkan tidak sedikit. Sekolah kami saja mengeluarkan dana lebih dari 8 juta untuk pemasangan jaringan LAN untuk sekolah yang ditumpangi karena jumlahnya kurang masih kurang banyak. Â Â
Sebagai gambaran sekolah kami memiliki siswa kelas IX berjumlah 329 kalau dibagi 3 sesi saja komputer atau laptop yang harus disiapkan adalah sebanyak 116 unit belum termasuk minimal 4 server. Sedangkan sekolahan hanya memiliki 33 komputer sedangkan sekolah yang ditumpangi hanya memiliki komputer dan laptop 60 unit. Sisanya harus meminjam dari rekan guru dan siswa. Tahun lalu sekolah kami harus pinjam dari sekolah lain.
Kalau tahun depan mau UNBK mandiri di sekolah sendiri maka biaya yang dibutuhkan bisa mencapai ratusan juta untuk membeli komputer/laptop, memasang jaringan LAN, dan akses internet. Sementara tidak semua dana bisa dibiaya dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Â
Kedua, Persiapan harus matang. Setiap sekolah tentu sudah mempersiapkan segala hal untuk terlaksananya UNBK dari mulai mempersiapkan lokasi pelaksanaan UNBK yang pilihannya adalah mandiri atau menumpang di sekolah lain. Simulasi dan gladi bersih UNBK yang dilakukan beberapa kali.
Hampir semua sekolah yang ikut UNBK sudah mempersiapkan diri tetapi sayang pada saat pelaksanaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan lupa mempersiapkan servernya sehingga waktu pelaksaan tidak ada kendala tidak seperti hari pertama UNBK tahun ini yang mengalami kendala server maintenance sekitar 2 jam dari waktu normal.
Bisa dibayangkan keriuhan di tempat ujian antara proktor, dan teknisi yang mengecek jaringan internet, kabel LAN dan lain sebagainya. Begitu juga dengan peserta didik yang sudah tidak bisa konsentrasi lagi gara-gara server bermasalah. Satu sesi mundur maka mengakibatkan sesi yang lain juga mengalami keterlambatan.
Ketiga, Perubahan Anggaran. Tahun ini berbeda anggaran untuk pengawas dan pokja (Kelompok Kerja). Kalau tahun lalu pengawas UNBK mendapatkan dana khusus dari pemerintah, tahun sekarang sekolah harus menggunakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah).
Sayangnya dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) hingga saat ini pemerintah belum bisa membayar tepat waktu. Maka tidak heran banyak petugas yang mengeluh setelah UNBK kali ini karena mereka belum mendapatkan honorarium. Padahal mereka sudah bekerja dari mulai sinkronisasi, melekan (begadang) menunggu komputer atau laptop barangkali digondol maling, mempersiapkan jaringan internet agar tidak mengalami masalah saat UNBK dan masih banyak lagi lainnya.
Maka tidak heran rekan-rekan yang bertugas sebagai proktor dan teknisi yang mengeluh dan berkata bahwa UNBK itu bukan Ujian Nasional Berbasis Komputer tetapi singkatan dari Ujian Nasional Berbasis Kesabaran. Karena berhari-hari bekerja siang dan malam tetapi setelah selesai kegiatan belum mendapatkan apa yang menjadi haknya dan harus bersabar entah berapa hari lagi.
Keempat, Soal yang HOTS. Sebagai pendidik tentu sering disarankan oleh para trainer untuk membuat soal HOTS (High Order Thinking Skill) atau Kemampuan berpikir tingkat tinggi. Tapi sayangnya daya pikir peserta didik belum semuanya bisa mengikuti, yang terjadi di lapangan saya menemukan siswa yang mengerjakan soal seperti pelajaran Matematika saja diberi kertas untuk hitungan saja tidak pernah disentuh. Jadi bisa ditebak peserta didik menjawab soal ujian bukan melalui proses menghitung tetapi lebih karena "lucky" atau "keberuntungan".
Jika jawabannya tepat maka nilainya akan bagus, tetapi jika jawabannya tidak tepat maka peserta didik akan mendapatkan jawabannya salah dan berakibat nilainya rendah. Miris sebenarnya melihat hal tersebut tetapi apa daya inilah kenyataannya di lapangan.
Kelima, Pelajaran TIK hilang tapi Ujian berbasis Komputer. Ada hal yang menarik dicermati di negeri ini. Mata pelajaran yang harus dipelajari agar siswa bisa mengoperasikan komputer dan menggunakan teknologi informasi tersebut yakni Mata Pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) tapi sayangnya pelajaran tersebut dihilangkan dan diganti dengan Prakarya, walaupun ada yang masih menyisipkan materi TIK ke dalam pelajaran tersebut tetapi tentu hasilnya berbeda dengan siswa mempelajari pelajaran TIK. Â
Semoga catatan penting mengenai UNBK ini diperhatikan oleh penentu kebijakan pendidikan di Indonesia agar UNBK di masa yang akan datang lebih baik lagi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H