Mohon tunggu...
Didno
Didno Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Youtuber

Guru yang suka ngeblog, jejaring sosial, nonton bola, jalan-jalan, hobi dengan gadget dan teknologi. Info lengkap didno76@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cintaku Melekat di Pantai Panjiwa

18 November 2017   06:04 Diperbarui: 18 November 2017   06:48 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantai Panjiwa Sumbermas (Dok. Pribadi)

Namanya Lingga, dia adalah salah satu mahasiswa di salah satu universitas negeri di Bandung, dia sedang kuliah semester akhir jurusan pertanian. Saat ini dia sedang menyusun skripsi dengan mengambil tema tentang Pemanfaatan Tanaman Mangrove Untuk Sumber Makanan.

Dia tertarik mengambil skripsi itu karena pernah membaca salah satu artikel di salah satu website Indramayu yang menjelaskan bahwa tanaman mangrove ternyata bisa dimanfaatkan untuk menjadi makanan.

Dia memutuskan akan melakukan pengamatan di daerah Karangsong Indramayu karena di tempat ini ada petani yang memanfaatkan tanaman mangrove yang bisa diolah menjadi makanan seperti keripik mangrove, kecap, rumbah (Sejenis gado-gado khas Indramayu) dan lain-lain. Petani tanaman mangrove tersebut bernama Latief.

Dengan menggunakan bus Bhinneka dia berangkat dari Bandung pukul 07.00 dan sampai di Terminal Indramayu sekitar pukul 12 siang. Setelah itu dia langsung menghubungi Pak Latief melalui nomer telepon yang dia dapatkan dari pengelola website blogger Indramayu tersebut.

Dengan menggunakan transportasi ojek pangkalan akhirnya Lingga sampai di rumah Pak Latief. Setibanya di rumah Pak Latief, Lingga langsung memperkenalkan diri dan berbincang-bincang banyak hal tentang bagaimana caranya mengolah tanaman mangrove menjadi makanan.

Sampai tak terasa malam pun tiba, karena Lingga akan mempelajari berbagai hal tentang pengolahan tanaman mangrove, maka Pak Latief menyarankan Lingga untuk tinggal di Rumah Berdikari. Rumah ini biasanya dijadikan tempat singgah bagi wisatawan yang akan ke Pulau Biawak atau sekedar beristirahat sebelum berkunjung ke Pantai Karangsong esok hari.

Lingga mencari dan menggali bahan skripsinya kepada Pak Latief. Berkali-kali dia berkeliling dari pesisir Pantai Karangsong hingga ke Pabean Udik bahkan sampai ke Pantai Tiris untuk melihat secara langsung tanaman mangrove yang bisa diolah menjadi keripik, rumbah bahkan bisa dibuat untuk kecap, kopi dan minuman segar. 

Lingga pun mengambil beberapa foto dari tanaman mangrove yang ada di Karangsong yang akan ditulis di skripsinya nanti. Beberapa tanaman mangrove yang ada di Indramayu merupakan jenis mangrove yang unik dan jarang ditemukan di tempat lain.

Setelah hampir dua minggu, hari-harinya hanya bolak-balik dari Rumah Berdikari, Karangsong, Pabean, Pantai Tiris dan jalan-jalan dan mencari makan ke Kota Indramayu, sampai akhirnya Lingga pun merasa bosan dan ingin kembali ke Bandung.

Sebelum pulang ke Bandung dia berselancar di dunia maya mencari tempat menarik yang ada di Indramayu, sampai akhirnya dia menemukan salah satu tulisan berjudul Surga Tersembunyi di Pantai Panjiwa Indramayu.

Karena penasaran, dia pun pamit ke Pak Latief untuk pergi ke Pantai Panjiwa dan langsung pulang ke Bandung. Dia menuju ke Pantai Panjiwa menggunakan kendaraan umum mobil elf dari Indramayu sampai ke lokasi yang dituju sekitar pukul 10-an.

Dengan bermodalkan layanan Google Maps di perangkat smartphonenya Lingga pun menyusuri jalan menuju ke Pantai Panjiwa. Karena dia hanya berjalan kaki dia membutuhkan waktu sampai 15 menit untuk sampai ke Pantai Panjiwa.

Sesampainya di pinggir pantai Panjiwa, ada sekumpulan orang yang bertugas menjaga tiket. Lingga pun langsung menanyakan harga tiket dan arah menuju Pantai Panjiwa kepada petugas penjaga tiket tersebut yang mayoritas perempuan.

Salah satu petugas penjaga tiket tersebut menunjukkan arah kepada Lingga jalan menuju Pantai Panjiwa. Setelah itu Lingga pun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada petugas penjaga tiket tersebut sambil menanyakan nama kepada petugas penjaga tiket tersebut.

Dengan suara lembutnya dia mengatakan namanya adalah Sutinih, dan Lingga pun memperkenalkan namanya kepada gadis penjaga tiket tersebut. Lingga pun akhirnya menuju ke Pinggir Pantai yang ditunjukkan oleh Sutinih tadi.

Sesampainya di Pesisir Pantai Panjiwa, Lingga terpesona dengan keindahan pantai tersebut karena airnya yang tenang berwarna biru, pasirnya lembut dan memiliki tempat duduk di pinggir pantai untuk bersantai dan melihat pemandangan alam anugerah Sang Pencipta yang tidak ditemukan di daerahnya yakni Bandung.

Lingga pun menyusuri pantai tersebut dari ujung ke ujung yang sedang dipadati pengunjung karena bertepatan dengan hari Minggu. Banyak pengunjung terutama anak-anak yang berenang di laut yang tidak terlalu dalam tersebut. Hingga akhirnya datang suara adzan dhuzur dari mushola yang ada di Pantai Panjiwa.

Dia pun bergegas menuju ke mushola untuk menjalankan shalat dzuhur. Setelah wudhu di tempat wudhu yang ada di sekitar mushola tiba-tiba Sutinih juga datang ke Mushola tersebut untuk menjalankan sholat bersama temannya yang bernama Puteri.

Dia pun melaksanakan sholat dzuhur berjamaah dengan Imam yang tidak lain Ketua Kompepar Pantai Panjiwa Rusmana. Setelah shalat dzuhur tiba-tiba seorang gadis menyapa Lingga.

"Eh mas Lingga, gimana sudah lihat Pantai Panjiwa semuanya?".  Lingga pun menjawab "sudah sih tadi jalan sampai ujung sebelah timur".  Kemudian Sutinih pun bertanya lagi "sudah ke hutan mangrove belum?" Lingga pun menjawab "belum".

"Emang ada hutan mangrove gitu di sini?" tanya Lingga kepada Sutinih. Dia pun menjawab "ada loh bahkan lebih tinggi dari Hutan Mangrove Karangsong". Lingga pun menjawab "Oh ya?, jadi penasaran nih dengan hutan mangrovenya".

"Gimana kalo kita melihat hutan mangrove sekarang? Tanya Sutinih kepada Lingga. Dengan tanpa basa-basi lagi, Lingga pun menjawab "Oke.. ayo anterin saya ke Hutan Mangrove sekarang" pinta Lingga kepada Sutinih.

Lalu Sutinih pun beranjak dari mushola ditemani Puteri dan Lingga. Sepanjang jalan Lingga sering menanyakan banyak hal kepada Sutinih dengan tidak lupa menanyakan kepada Puteri. Tetapi sepertinya Lingga tertarik dengan kecantikan Sutinih yang memiliki kulit putih bersih dan ramah kepada pengunjung.

Saat berada di pinggir Hutan Mangrove, Sutinih lalu berkata "Sekarang sudah kita sudah sampai di Hutan Mangrove Pantai Panjiwa". Lingga pun terkagum-kagum karena melihat pemandangan alam yang indah dengan pohon mangrove yang tingginya sekitar 7 meteran dengan burung bangau dan burung lainnya yang terbang kesana kemari dari dalam Hutan Mangrove tersebut.

Ketiganya mengitari hutan mangrove yang sangat luas yang ada di Pantai Panjiwa tersebut. Lingga beberapa kali mengambil gambar hutan mangrove beserta burung dan binatang air yang ada di hutan tersebut. Sesekali Lingga pun mengambil gambar Sutinih tanpa diketahui Sutinih.

Karena cuaca yang terik akhirnya Lingga pun mengajak Sutinih dan Puteri mampir di warung yang ada di sekitar Pantai Panjiwa tersebut. Dia memesan minuman untuk dia dan dua gadis tersebut.

Karena Sutinih harus gantian jaga tiket lagi, maka dia pun pamit kepada Lingga dan bergegas kembali ke lokasi penjualan tiket. Sebelum kembali ke lokasi penjualan tiket, Lingga tidak lupa meminta nomor ponsel Sutinih, dan tanpa kesulitan dia pun bisa mendapatkan nomor tersebut.

Lingga pun pamit kepada Sutinih untuk kembali ke Bandung. Sesampainya di Bandung dia pun terus menjalin komunikasi yang intensif dengan Sutinih dan menyatakan rasa yang ada di hatinya. Rasa tersebut berbalas bahagia karena Sutinih pun merasakan hal yang sama. Sampai akhirnya Lingga lulus kuliah dan bekerja di Perusahaan pengolahan makanan di Jakarta.

Tanpa sepengetahuan orang tuanya, ternyata Lingga sering bolak-balik Jakarta Indramayu untuk menemui Sutinih yang masih tetap sebagai penjaga tiket masuk Pantai Panjiwa.

Sepandai-pandainya Lingga menutupi dirinya tetap saja orang tuanya mengetahui juga. Ternyata orang tua Lingga tidak setuju jika anaknya menikah dengan orang Indramayu. Karena menurutnya gadis dari Indramayu itu banyak yang berperilaku tidak baik. Selain itu pekerjaan Sutinih tidak bisa menutupi kebutuhan keluarganya kelak.

Lingga sudah menjelaskan secara baik-baik kepada kedua orang tuanya sendiri tetapi tetap saja orang tuanya tidak setuju. Sampai akhirnya Lingga mengungkapkan masalahnya kepada Sutinih di rumah orang tuanya di Eretan.

Dengan suara terbata-bata Sutinih menangis meratapi dirinya. "Mengapa saya lahir di Indramayu bukan di Bandung atau kota lainnya". Tetapi Lingga terus meyakinkan Sutinih bahwa apapun yang terjadi dia akan menikah Sutinih walaupun orang tuanya tidak merestui.

Lingga akhirnya bicara secara terbuka kepada orang tuanya bahwa keputusannya sudah bulat bahwa dia akan menikahi Sutinih apapun keputusannya. Dia mengatakan lebih baik pergi dari rumah dan tidak kembali lagi kalau dirinya tidak direstui menikah dengan Sutinih.

Hingga akhirnya Lingga pun akhirnya menikah dengan Sutinih tanpa kehadiran orang tuanya Lingga. Sebelum menikah ternyata Sutinih diterima tes bekerja di salah satu toko ritel di Eretan. Sehingga dia bisa mendapatkan penghasilan sendiri selain penghasilan dari suaminya.

Sudah satu tahun lebih orang tua Lingga tidak pernah bertemu dan berbicara dengan Lingga hingga akhirnya dia mendapatkan hal yang berharga dalam hidupnya setelah mendapat masukan dari rekannya. Bahwa jangan menganggap semua orang itu sama karena asalnya, karena tidak semua orang Indramayu sama buruknya.

Berkat tanya-tanya dengan teman Lingga akhirnya dia menemui Lingga dan isterinya di Indramayu. Dia kemudian meminta maaf kepada Sutinih dan keluarganya karena dia telah salah menilai orang. Dan akhirnya mereka saling berpelukan satu sama lainnya.

Catatan :

Cerita ini hanya fiktif belakang mohon maaf jika ada kesamaan nama dan tempat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun