Mohon tunggu...
Didin Emfahrudin
Didin Emfahrudin Mohon Tunggu... Novelis - Writer, Trainer, Entrepreneur

Penenun aksara yang senantiasa ingin berguna bagi semua makhluk Allah SWT, layaknya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Pesisiran : Cerpen Nomine Anugerah Sastra Litera 2021

8 Januari 2022   01:37 Diperbarui: 8 Januari 2022   01:40 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Heh..., Mbah Manunggal Mbak. Simbah itu kan sudah wafat sembilan tahun yang lalu. Gubuk itu sudah rubuh lama sekali dan tak berpenghuni toh pastinya."

Nilna merasa bak tersambar petir kala mendengar apa yang di katakan petani itu. Ia tersungkur lunglai. Tubuhnya rubuh. Lututnya menempel tanah. Juga telapak tangannya. Lalu dahi pun menyusul bersujud ke tanah. Entah, pagi itu seolah ia merasa di ingatkan oleh Mbah Manunggal. Apakah makna semua ini tentang dirinya. Seorang perempuan yang nekat meninggalkan rumah dan tak pernah sungkem pada kedua orangtuanya sejak sembilan tahun silam---hanya karena dulu ia tak mau di masukkan ke pesantren oleh ayah dan ibunya.

Lamongan, 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun