Pernah dengar ungkapan "semua penyakit berasal dari pikiran"? Ternyata, ini bukan sekadar mitos. Berdasarkan penelitian dan pengalaman Dr. Adi W. Gunawan yang ia tulis dalam bukunya 'The Miracle of MindBody Medicine', sekitar 90% penyakit yang kita alami bisa disebabkan oleh pikiran. Tapi bagaimana sebenarnya hubungan antara pikiran dan tubuh ini bekerja?
Buku ini terbagi dalam tiga bagian penting: pertama, tentang bagaimana pikiran, emosi, stres, dan tubuh saling memengaruhi; kedua, bagaimana proses terjadinya penyakit psikosomatis; dan ketiga, pengalaman beliau menangani lebih dari 20 kasus nyata.
Bagian 1: Pikiran, Emosi, Stres, dan Penyakit Psikosomatis
Untuk memahami bagaimana pikiran bisa menyebabkan penyakit, pertama-tama kita harus tahu bagaimana pikiran bekerja. Dalam bukunya, Dr. Adi W. Gunawan menjelaskan bahwa pikiran manusia terdiri dari dua bagian besar: pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.
- Pikiran Sadar: Bagian ini hanya sekitar 12% dari keseluruhan kapasitas pikiran kita. Ia bertugas untuk berpikir logis, membuat keputusan, dan melakukan analisis.
- Pikiran Bawah Sadar: Nah, inilah bagian terbesar, sekitar 88%. Di sinilah emosi, kebiasaan, ingatan jangka panjang, dan kepercayaan diri berada. Pikiran bawah sadar juga punya peran besar dalam mengendalikan fungsi tubuh kita, seperti detak jantung, pernapasan, bahkan sistem kekebalan tubuh.
Menurut Dr. Adi W. Gunawan, ketika pikiran bawah sadar tertekan oleh emosi negatif seperti stres, kecemasan, atau ketakutan, ini bisa memengaruhi fungsi tubuh. Misalnya, ketika seseorang merasa cemas terus-menerus, tubuh akan merespons seolah-olah ada bahaya nyata, melepaskan hormon stres (seperti kortisol) yang jika berlebihan bisa melemahkan sistem imun, menimbulkan peradangan, dan pada akhirnya menimbulkan penyakit.
Stres dan Respon Tubuh
Penyebab utama yang sering disebut-sebut dalam buku ini adalah stres. Stres adalah reaksi tubuh terhadap tekanan, baik dari dalam (pikiran) maupun dari luar (lingkungan). Ketika kita mengalami stres, tubuh bereaksi dengan mengeluarkan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Awalnya, hormon ini membantu kita mengatasi situasi darurat. Namun, jika stres ini berlangsung lama, tubuh akan mulai merasakan dampaknya.
Pernah merasa jantung berdebar saat stres? Itu contoh sederhana bagaimana pikiran dan emosi langsung memengaruhi tubuh. Jika kondisi seperti ini terus terjadi, maka organ tubuh yang bekerja di bawah tekanan ini bisa mengalami kerusakan. Hal ini yang disebut sebagai penyakit psikosomatis yaitu penyakit fisik yang disebabkan atau diperparah oleh faktor mental dan emosional.
Bagian 2: Bagaimana Proses Terjadinya Penyakit Psikosomatis?
Dalam bagian kedua bukunya, Dr. Adi W. Gunawan menjelaskan secara rinci bagaimana suatu penyakit psikosomatis bisa terbentuk. Proses ini biasanya dimulai dari pikiran negatif atau emosi terpendam yang tidak kita sadari. Misalnya, perasaan marah yang tidak terungkap, kesedihan mendalam, atau rasa takut yang terus-menerus. Emosi ini, jika tidak diolah atau dilepaskan, akan "tersimpan" di dalam pikiran bawah sadar.
Ketika emosi negatif ini menumpuk, tubuh mulai memberikan sinyal melalui gejala fisik. Ini bisa berupa sakit kepala, nyeri punggung, gangguan pencernaan, atau bahkan masalah kulit. Banyak orang tidak menyadari bahwa gejala fisik ini sebenarnya berasal dari masalah emosional yang belum terselesaikan.
Mekanisme Penyakit Psikosomatis
- Pikiran Negatif : Pikiran negatif yang berulang-ulang (misalnya kekhawatiran berlebihan) mengaktifkan respons stres di dalam tubuh.
- Produksi Hormon Stres : Hormon seperti kortisol mulai diproduksi dalam jumlah besar untuk menghadapi stres tersebut.
- Imunitas Melemah : Kortisol yang berlebihan akan merusak sistem imun tubuh, membuat kita lebih rentan terhadap penyakit.
- Gejala Fisik : Tubuh mulai memberikan "peringatan" melalui gejala-gejala fisik ringan seperti nyeri otot atau gangguan tidur. Jika terus dibiarkan, ini bisa berkembang menjadi penyakit yang lebih serius.
Penyakit psikosomatis tidak hanya terbatas pada sakit kepala atau maag, tapi bisa sampai pada kondisi serius seperti tekanan darah tinggi, diabetes, bahkan penyakit jantung. Namun, yang menarik adalah bahwa banyak penyakit ini sebenarnya bisa dicegah atau dikurangi dampaknya jika kita bisa mengelola pikiran dan emosi dengan baik.
Bagian 3: Pengalaman Nyata dalam Menangani Kasus
Dalam bagian ketiga bukunya, Dr. Adi W. Gunawan berbagi pengalaman menangani lebih dari 20 kasus psikosomatis. Di sini, kita bisa melihat betapa besar pengaruh pikiran terhadap kesehatan tubuh.
Misalnya, ada seorang pasien yang mengalami migrain kronis selama bertahun-tahun. Setelah menjalani terapi pikiran, ternyata diketahui bahwa penyebab utama migrainnya adalah tekanan emosional dari pekerjaan yang ia benci, namun tidak berani untuk meninggalkannya. Begitu ia mampu mengatasi masalah emosional ini, migrainnya perlahan-lahan menghilang.
Ada juga kasus seorang wanita yang menderita gangguan pencernaan parah selama bertahun-tahun. Setelah melalui terapi, diketahui bahwa akar permasalahannya adalah trauma masa kecil yang belum terselesaikan. Begitu ia mulai menyelesaikan trauma tersebut, gangguan pencernaannya juga mulai membaik.
Dr. Adi W. Gunawan menggunakan berbagai metode terapi, seperti hipnoterapi, yang fokus pada pikiran bawah sadar untuk mengatasi penyebab emosional dari penyakit fisik. Dalam banyak kasus, penyakit yang tadinya dianggap "tidak ada obatnya" ternyata bisa diatasi hanya dengan mengelola pikiran dan emosi pasien.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Ternyata pikiran kita memiliki kekuatan besar untuk memengaruhi tubuh, baik secara positif maupun negatif. Jika kita terus-menerus terjebak dalam pola pikir negatif, stres, atau emosi yang tidak terkontrol, tubuh kita akan merespons dengan cara yang tidak sehat.
Sebaliknya, jika kita belajar untuk lebih sadar akan pikiran dan emosi kita, serta mencari cara untuk mengelolanya dengan baik, kita bisa mencegah atau bahkan menyembuhkan penyakit fisik yang disebabkan oleh faktor emosional ini.
Bagaimana Mengelola Pikiran untuk Kesehatan yang Lebih Baik?
1. Kenali Stres Anda : Cobalah untuk lebih peka terhadap stres. Apa yang membuat Anda merasa cemas, marah, atau tidak nyaman? Semakin cepat Anda menyadarinya, semakin cepat Anda bisa mengatasinya.
2. Latihan Relaksasi : Latihan pernapasan, atau sekadar berjalan-jalan santai bisa membantu mengurangi stres dan menenangkan pikiran.
3. Bicara dengan Orang Lain : Jangan biarkan emosi terpendam terlalu lama. Bicarakan perasaan Anda dengan orang yang Anda percayai atau dengan terapis profesional.
4. Latihan Pikiran Positif : Pikiran positif memiliki efek besar pada kesehatan fisik. Cobalah untuk melihat sisi baik dari setiap situasi dan fokus pada hal-hal yang bisa Anda kendalikan.
5. Jaga Pola Hidup Sehat : Meskipun pikiran memiliki pengaruh besar, kita tetap perlu menjaga tubuh dengan makan sehat, olahraga, dan tidur yang cukup.
Pikiran memang bisa menjadi penyebab utama dari berbagai penyakit, terutama penyakit psikosomatis. Tapi ini bukan berarti kita harus takut pada pikiran kita sendiri. Justru sebaliknya, ini adalah kesempatan untuk lebih memahami dan mengelola pikiran dan emosi kita agar tubuh kita bisa tetap sehat.
Dr. Adi W. Gunawan, melalui bukunya 'The Miracle of MindBody Medicine', memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana pikiran dan emosi bisa memengaruhi kesehatan kita, dan bagaimana kita bisa menggunakan kekuatan pikiran untuk menyembuhkan diri. Jika kita mau lebih sadar akan pikiran dan emosi, serta berusaha mengelolanya dengan baik, kita bisa mencegah banyak penyakit yang mungkin muncul di kemudian hari.
Pernah dengar lagu Aa Gym "Jagalah Hati" ?
Lirik lagu ini memiliki keterkaitan dengan konsep pikiran dalam buku The Miracle of MindBody Medicine, khususnya dalam hal menjaga kebersihan hati dan pikiran untuk kesehatan mental dan fisik.
"Jagalah hati, jangan kau kotori"
Lagu ini mengingatkan kita untuk menjaga hati (yang dalam konteks ini bisa juga berarti pikiran dan perasaan) agar tetap bersih dari hal-hal negatif seperti dendam, marah, iri, dan emosi buruk lainnya. Ini sangat selaras dengan konsep dalam buku Dr. Adi W. Gunawan, di mana emosi negatif seperti stres, kecemasan, dan rasa takut yang terpendam bisa memengaruhi kesehatan fisik, memicu penyakit psikosomatis. Menjaga hati tetap bersih dari emosi negatif dapat mencegah terjadinya penyakit.
"Jagalah hati, lentera hidup ini"
Pikiran dan hati yang bersih adalah sumber cahaya dalam kehidupan. Sama seperti dalam buku MindBody Medicine, ketika kita menjaga pikiran dan emosi kita tetap positif dan tenang, tubuh kita pun akan merespons dengan cara yang lebih sehat. Pikiran yang damai menjadi "lentera" yang menuntun kita pada kesehatan dan kebahagiaan.
"Jagalah hati, jangan kau nodai"
Menodai hati atau pikiran dengan emosi negatif, seperti dendam, kebencian, atau kecemasan yang berkepanjangan, dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh. Menurut Dr. Adi W. Gunawan, pikiran negatif yang tak terkontrol bisa menyebabkan tubuh merespons dengan penyakit, seperti tekanan darah tinggi, masalah pencernaan, atau sakit kepala.
"Jagalah hati, cahaya Illahi"
Lirik ini berbicara tentang pentingnya menjaga hati tetap bersih agar bisa menerima cahaya Ilahi. Ini sejalan dengan konsep spiritualitas dalam buku Dr. Adi W. Gunawan, di mana ketenangan pikiran dan emosi bukan hanya penting untuk kesehatan fisik, tetapi juga untuk mendekatkan diri pada keseimbangan spiritual. Ketika hati bersih, kita lebih mudah merasakan kedamaian dan kesejahteraan batin, yang pada gilirannya memperkuat kesehatan tubuh.
Lagu "Jagalah Hati" maupun dalam buku The Miracle of MindBody Medicine, ada pesan yang sama yaitu menjaga kebersihan hati dan pikiran adalah kunci untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan spiritual.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H