Mohon tunggu...
DIDIK FADILAH
DIDIK FADILAH Mohon Tunggu... Lainnya - a life-long learner

“Ikatlah ilmu dengan tulisan”.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Benarkah 90% Penyakit Disebabkan oleh Pikiran?

22 Oktober 2024   05:00 Diperbarui: 22 Oktober 2024   07:22 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah dengar ungkapan "semua penyakit berasal dari pikiran"? Ternyata, ini bukan sekadar mitos. Berdasarkan penelitian dan pengalaman Dr. Adi W. Gunawan yang ia tulis dalam bukunya 'The Miracle of MindBody Medicine', sekitar 90% penyakit yang kita alami bisa disebabkan oleh pikiran. Tapi bagaimana sebenarnya hubungan antara pikiran dan tubuh ini bekerja?

Buku ini terbagi dalam tiga bagian penting: pertama, tentang bagaimana pikiran, emosi, stres, dan tubuh saling memengaruhi; kedua, bagaimana proses terjadinya penyakit psikosomatis; dan ketiga, pengalaman beliau menangani lebih dari 20 kasus nyata.

Bagian 1: Pikiran, Emosi, Stres, dan Penyakit Psikosomatis

Untuk memahami bagaimana pikiran bisa menyebabkan penyakit, pertama-tama kita harus tahu bagaimana pikiran bekerja. Dalam bukunya, Dr. Adi W. Gunawan menjelaskan bahwa pikiran manusia terdiri dari dua bagian besar: pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.


- Pikiran Sadar: Bagian ini hanya sekitar 12% dari keseluruhan kapasitas pikiran kita. Ia bertugas untuk berpikir logis, membuat keputusan, dan melakukan analisis.

- Pikiran Bawah Sadar: Nah, inilah bagian terbesar, sekitar 88%. Di sinilah emosi, kebiasaan, ingatan jangka panjang, dan kepercayaan diri berada. Pikiran bawah sadar juga punya peran besar dalam mengendalikan fungsi tubuh kita, seperti detak jantung, pernapasan, bahkan sistem kekebalan tubuh.

Menurut Dr. Adi W. Gunawan, ketika pikiran bawah sadar tertekan oleh emosi negatif seperti stres, kecemasan, atau ketakutan, ini bisa memengaruhi fungsi tubuh. Misalnya, ketika seseorang merasa cemas terus-menerus, tubuh akan merespons seolah-olah ada bahaya nyata, melepaskan hormon stres (seperti kortisol) yang jika berlebihan bisa melemahkan sistem imun, menimbulkan peradangan, dan pada akhirnya menimbulkan penyakit.

Stres dan Respon Tubuh

Penyebab utama yang sering disebut-sebut dalam buku ini adalah stres. Stres adalah reaksi tubuh terhadap tekanan, baik dari dalam (pikiran) maupun dari luar (lingkungan). Ketika kita mengalami stres, tubuh bereaksi dengan mengeluarkan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Awalnya, hormon ini membantu kita mengatasi situasi darurat. Namun, jika stres ini berlangsung lama, tubuh akan mulai merasakan dampaknya.

Pernah merasa jantung berdebar saat stres? Itu contoh sederhana bagaimana pikiran dan emosi langsung memengaruhi tubuh. Jika kondisi seperti ini terus terjadi, maka organ tubuh yang bekerja di bawah tekanan ini bisa mengalami kerusakan. Hal ini yang disebut sebagai penyakit psikosomatis yaitu penyakit fisik yang disebabkan atau diperparah oleh faktor mental dan emosional.

Bagian 2: Bagaimana Proses Terjadinya Penyakit Psikosomatis?

Dalam bagian kedua bukunya, Dr. Adi W. Gunawan menjelaskan secara rinci bagaimana suatu penyakit psikosomatis bisa terbentuk. Proses ini biasanya dimulai dari pikiran negatif atau emosi terpendam yang tidak kita sadari. Misalnya, perasaan marah yang tidak terungkap, kesedihan mendalam, atau rasa takut yang terus-menerus. Emosi ini, jika tidak diolah atau dilepaskan, akan "tersimpan" di dalam pikiran bawah sadar.

Ketika emosi negatif ini menumpuk, tubuh mulai memberikan sinyal melalui gejala fisik. Ini bisa berupa sakit kepala, nyeri punggung, gangguan pencernaan, atau bahkan masalah kulit. Banyak orang tidak menyadari bahwa gejala fisik ini sebenarnya berasal dari masalah emosional yang belum terselesaikan.

Mekanisme Penyakit Psikosomatis

- Pikiran Negatif : Pikiran negatif yang berulang-ulang (misalnya kekhawatiran berlebihan) mengaktifkan respons stres di dalam tubuh.

- Produksi Hormon Stres : Hormon seperti kortisol mulai diproduksi dalam jumlah besar untuk menghadapi stres tersebut.

- Imunitas Melemah : Kortisol yang berlebihan akan merusak sistem imun tubuh, membuat kita lebih rentan terhadap penyakit.

- Gejala Fisik : Tubuh mulai memberikan "peringatan" melalui gejala-gejala fisik ringan seperti nyeri otot atau gangguan tidur. Jika terus dibiarkan, ini bisa berkembang menjadi penyakit yang lebih serius.

Penyakit psikosomatis tidak hanya terbatas pada sakit kepala atau maag, tapi bisa sampai pada kondisi serius seperti tekanan darah tinggi, diabetes, bahkan penyakit jantung. Namun, yang menarik adalah bahwa banyak penyakit ini sebenarnya bisa dicegah atau dikurangi dampaknya jika kita bisa mengelola pikiran dan emosi dengan baik.

Bagian 3: Pengalaman Nyata dalam Menangani Kasus

Dalam bagian ketiga bukunya, Dr. Adi W. Gunawan berbagi pengalaman menangani lebih dari 20 kasus psikosomatis. Di sini, kita bisa melihat betapa besar pengaruh pikiran terhadap kesehatan tubuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun