Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Terpendar

30 April 2024   13:04 Diperbarui: 30 April 2024   13:07 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


"Tapi suratan nasib, kita sendirilah yang menulisnya."


"Karena itu Asih ingin memulai dengan lembar baru yang lebih bersih lagi, Bu."


Ibu menghela nafas. Sejenak menatapku.


"Pergilah, kalau kau merasa harus pergi. Ibu hanya mohon kau mau mengerti bahwa Ibu kini semakin tua. Ibu semakin letih, Asih."


Aku tak mampu lagi berkata. Hanya mata yang berkaca-kaca. Menahan nyeri yang menyentak-nyentak di benak.


Tirta kini telah tiada. Setahun yang lalu, sebuah kecelakaan telah merenggut nyawanya, saat ia hendak ke rumah sakit mengantar Eno, istrinya.


Mendung berarak. Hujan pecah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun