Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Remaja: Aku Temani Kau Menyusul

11 Mei 2017   17:20 Diperbarui: 17 Mei 2017   19:15 2523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto dok. Ajeng Megapratiwi

Dia menyadari, ia tak bisa membendung rasa yang muncul tiba-tiba saja ketika ia naik ke kelas XII. Kenapa tidak dari dulu? Kenapa di saat-saat sudah mendekati penghujung di SMA rasa itu baru muncul?

“Datangnya cinta tak bisa direncanakan Ajeng!”

Ajeng mendesah. Tiba-tiba ia teringat kata-kata Livia sahabatnya. Kadang ia bersama sahabatnya, atau teman-teman lain sering berseloroh. Kenapa bagi siswa yang paling banyak dibahas adalah masalah cinta? Masalah PDKT? Masalah PHP? Bukan pelajaran?

“Pelajaran mah sudah ada setiap detik, bahkan tugaspun tak habis-habis! Apalagi Negara sudah ada yang mengurus! Urusilah cinta yang bisa membuat hidupmu berwarna lain!”begitulah kata-kata jahil yang sering dilontarkan teman-teman yang diakhiri dengan tertawa bersama.

Awas Jeng, jangan sampai cita-citamu kandas oleh kehadiran Galih. Dia itu misterius. Dia tidak tahu kamu suka padanya, kamu malah sibuk sendiri mengeluh.”

Ajeng mendesah.

Ia melihat jam di dinding. Kedua jarumnya hampir sejajar vertikal. Gadis itu bangkit perlahan.Dalam kesendirian banyak sekali kata-kata sahabatnya yang datang. Ada yang masuk akal, ada yang di-iyakan, ada yang dipikirkan kembali. Ada yang diabaikan, tetapi banyak pula yang ditakutkan.

Tepat pukul 00.00 gadis itu telah menengok ke kanan mengakhiri penghambaanya kepada Allah dengan mengucap salam. Sebuah kepasrahan atas apa yang menjadikan dirinya kadang gundah gulana. Kadang-kadang dengan malu, ia paksa adukan kegundahan rasa simpatinya kepada Galih. Ia hanya meyakini, Galih adalah makhlukNya yang diamanatkan melalui kedua orang tuanya. Jadi, kepada siapa lagi aku harus meminta kebaikan atau meminta yang lain selain kepada Allah?

Bibir Ajeng tersenyum, ia teringat benar bagaimana tadi siang Bu Nisa memeluk dirinya sambal berbisik “….. kamu jadi anak ibu ya …..”.

Bu Nisa … doakan yang itu untuk Galih bu, biar jadi lantaran doa ibu kepada anaknya …” gumam Ajeng hampir tak sadar.

Akankah dia memberi warna hidupku ya Allah? Galiiih……, gumamnya seraya melepas mukena yang dipakainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun