Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Remaja: Aku Temani Kau Menyusul

11 Mei 2017   17:20 Diperbarui: 17 Mei 2017   19:15 2523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto dok. Ajeng Megapratiwi


“Nggak tahu.”
“Tunggu…. aku punya sesuatu …. “
Beberapa jenak Galih memainkan smartphonenya. Jarinya menekan tombol galeri. Sejurus kemudian ia menyorongkan sebuah gambar ke depan Ajeng.
“Aku punya gambar indah banget! Iniiii!”

foto dok. Ajeng Megapratiwi
foto dok. Ajeng Megapratiwi
Ajeng terbelalak. Ditatapnya mata Galih.
“Galih, kamu dapat dari mana?”
“Dari Livia. Bukannya ini di pernikahan Livia.”
“Iya.”
“Ajeng, lihat gambar itu. Inilalah gambar gadis yang aku kagumi sejak SMA. Hanya saja dulu aku minder. Tak memiliki keberanian. Hingga akhirnya kepulanganku dari perjuangan gagal di Nanyang, aku mendapatkan informasi banyak tentang Ajeng, dari Livia….”
“Galih.”
“Ajeng, maukah Ajeng Galih temani?”
“Ke mana?”
“Nyusul.”
“Nyusul siapa?”
“Ajeng di foto itu mau nyusul siapa?”
“Mmmh….”
“Galih mau menemani Ajeng nyusul …” kata Galih hampir tak terdengar.
Mata Ajeng terasa panas. Beberapa jenak keduanya diam. Hingga beberapa saat akhirnya gadis itu tak mampu menaham air mata. Dua air mata bening menuruni pipin. Ajeng menyeka dengan punggung tangannya.
“Ajeng, jawablah ….”
“Mmmh….”
 “Galih serius. Galih mau bareng Ajeng nyusul … menyusul sebuah harapan besar. Ajeng, ini adalah keputusan besar dalam hidupku. Mudah-mudahan perasaan yang Galih pelihara sejak enam tahun lalu akan mendatangkan kebaikan. Mau ya Jeng?”
“Mmm….”
Tenggorokan Ajeng tersekat. Bibirnya tak bisa bicara.
Apa yang sedang dihadapinya adalah sebuah sejarah besar dalam hidupnya. Di tengah kegaluaan untuk menjawab pertanyaan Galih, gadis itu perkataan Bu Nisa “Ajeng, kamu jadi anak ibu ya.” Kejadian itu lama sekali. Namun kata-kata itu terngiang begitu jelas. Mungkin inilah jawaban dari harapan bu Nisa, ibu Galih.
Perlahan ia mengangkat muka. Ditatapnya sekilas mata Galih. Benar, ia melihat ada sebuah sinar mata yang memberikan getaran teramat dalam di hatinya. ***

* Cerpek fiksi Request Ajeng Megapratiwi

Kelas XII MIPA SMAN 1 Majalengka Alumnus 2017

Mahasiswa baru Pend. Ilmu Komunikasi - UPI Bandung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun