Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kelas Akselerasi Dihapus, Program Pendalaman Mubadzir

20 Oktober 2014   18:28 Diperbarui: 4 April 2017   18:27 2453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat Tinggal Program Kelas Akselerasi

Akselerasi atau percepatan, istilah di dalam fisika diambil untuk mendidik secara terprogram anak-anak cerdas. Anak-anak dengan dengan IQ minimal 130 (grade superior) dikumpulkan dalam kelas eksklusif  untuk membuktikan prediksi bahwa mereka mampu menyelesaikan beban kurikulum dalam waktu yang lebih singkat. Untuk SMP dan SMA, waktu normal yang seharusnya 3 (tiga) tahun , “boleh” diselesaikan dalam waktu 2 (dua) tahun.

Prediksi bahwa mereka mampu menyelesaikan pendidikan lebih cepat (mungkin) mendekati berhasil. Pernyataan ini saya kemukakan, sebab ada sebagian siswa kelas akselerasi yang terpaksa harus kembali ke kelas regular. Kebalinya “si anak hilang” ke kelas regular ini sambil membawa resiko psikis yang cukup (bahkan mungkin teramat berat). Kelas akselerasi di mata awam identik dengan kelas super, kelasnya anak-anak pandai, kelas eksklusif, kelas ter-wah. Seorang siswa yang terpaksa kembali ke kelas regular mendapat cap macam-macam oleh teman-teman di kelas regular yang didatanginya. Ada yang menyebut “anak nggak kuku”, “anak bodoh yang sok”, “anak gagal”, “korban ambisi orang tua” dan sebagainya yang semuanya berbau minor. Bagi yang mentalnya kuat, siswa yang kembali ke kelas regular akan bersikap biasa saja, akan tetapi bagi yang mentalnya tidak siap, maka ia akan lebih memilih pindah sekolah.

Dari evaluasi penyelenggaraan kelas akselerasi (di beberapa sekolah), banyak nilai plus minusnya, tetapi lebih banyak minusnya. Plusnya adalah memang memberikan porsi yang adil bagi mereka yang superior. Tetapi minusnya, bisa membunuh motivasi siswa yang tadinya bagus, kalah bersaing di kelas akselerasi, malah motivasinya meluncur jatuh (hingga mungkin terjerembab). Nilai minus yang lain, dilihat dari kuantitas beban kurikulum yang harus diselesaikan, sangat memungkinkan mereka didera stress yang sangat tinggi. Secara logis guru-guru akan memberikan materi yang dipadatkan ditambah dengan tugas-tugas yang biasanya lumayan banyak juga. Mereka tak punya waktu luang untuk bermain. Tak bisa menikmati masa-masa sekolah dengan alamiah. Ada sindiran dari anak-anak kelas regular untuk teman-temannya di kelas akselereasi “Kamu sekarang nggak punya waktu untuk tertawa!

Mungkin dengan pertimbangan-pertimbangan semacam tadi maka pemerintah memutuskan bahwa program penyelenggaraan model kelas akselereasi ,baik itu katagori Cerdas Istimewa (CI), maupun Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa (CIBI) akan dihapus.

Dirjen Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Achmad Jazidie mengatakan bahwa program pendidikan akselerasi akan dihapuskan mulai tahun ajaran 2015-2016. Penghapusan ini terkait dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 sekaligus untuk menghilangkan diskriminasi antara anak-anak yang pandai dan yang biasa-biasa saja. (Republika, Kamis, 09 Oktober 2014).

Bagi siswa yang ber-IQ superior (dan orang tuanya tentunya) rasanya agar bersiap-siap untuk tidak menyesal dari sekarang. Sebab secara teori, di dalam implementasi Kurikulum 2013 (Kurtilas) telah disiapkan program penggantinya.

Program Pendalaman Minat (yang Mubadzir)

Akselerasi dihapus, (penggantinya) pendalaman minat diefektifkan. Paling tidak begitulah yang dirancang oleh pemerintah. Regulasi kelas pendalaman minat diatur oleh Permendikbud 64/2014 dengan masa studi siswa tetap tiga tahun, seperti kelas jalur normal. Ada pun ketentuan kelas pendalaman minat adalah siswa yang masuk kelas pendalaman minat harus memiliki indeks prestasi paling rendah 3,66 dan memiliki kecerdasan istimewa dengan IQ paling rendah 130.

Implementasi Kurtilas tentang pendalaman minat boleh saja dirancang, akan tetapi harus dipahami oleh semua pihak yang berkepentingan, yakni bagaimana beratnya sekolah-sekolah untuk melaksanakan program ini.

Bagaimana prinsip-prinsip program pendalaman minat? Kira-kira seperti inilah simpelnya:

No

Bentuk Pengelolaan

Fakta dan Kemungkinan

1.

Siswa dengan Indeks Prestasi minimal 3,66 dan IQ 130 dikumpulkan dalam satu kelas.

Secara alamiah siswa yang memiliki IQ ≥ 130 sangat jarang. IP ≥ 3,66 sangat memungkinkan lebih mudah diperoleh.

2.

Mereka akan belajar selama 3 (tiga) tahun atau normal.

Bisa

3.

Mereka akan dikumpulkan dalam satu kelas.

Bisa.

Maksimum kelas jenis pasti hanya 1 (satu) rombongan belajar.

4.

Sekolah harus menjalin kerja sama dengan resmi , menandatangani MoU dengan perguruan tinggi yang dipilih / ditunjuk.

Sulit.

5.

Silabus dari perguruan tinggi

Bisa disusun oleh perguruan tinggi (mudah).

6.

Perguruan tinggi memberikan rekomendasi kepada dosen tertentu untuk menyampaikan materi dalam kelas pendalaman minat (tidak boleh oleh gurunya sendiri).

Sulit.

Mendatangkan dosen untuk mengajar siswa SMA sepertinya sangat sulit jika lokasi sekolah dan tinggi berjauhan.

Pilihan yang paling mungkin adalah mentraining guru-guru sekolah yang bersangkutan. Artinya kembali lagi oleh guru sendiri lagi (kualitas yang diharapkan meningkat, akan kembali ke standar guru di sekolah itu. Tujuan tidak tercapai).

6.

Pendalaman minat di kelas X sebanyak 2 Mapel x 5 Jam Pelajaran

Misalnya siswa MIPA mengambil MP Matematika dan Fisika.

Dosen mata kuliah tertentu hanya akan mengajar selama 3 jam pelajaran.

7.

Biaya ditanggung oleh sekolah

Mendatangkan dosen (misalnya untuk daerah kami Majalengka – mendatangkan dosen dari Bandung).

Sebutlah  minimal satu kali hadir diberi honor Rp 2 juta / hadir. Satu bulan 4 (empat) kali. Untuk dua orang dosen berarti  2 x Rp 8 juta = Rp 16 juta / bulan.

8.

Nilai dari pendalaman minat dihargai seperti siswa sudah ikut kuliah di perguruan tinggi (tempat dosen berasal). Misalkan pendalaman mata pelajaran matematika dengan topic Matematika Dasar di SMA memperoleh nilai B , maka jika ia masuk di perguruan tinggi tersebut MK Matematika Dasar tak akan ditempuh lagi, sebab sudah lulus.

Apakah siswa dalam satu kelas mau masuk program studi yang sama di universitas / perguruan tinggi tempat dosen berasal?

Melihat gambaran indahnya program pendalaman minat, tampaknya justru merepotkan pihak sekolah. Belum lagi dengan contoh dalam tabel di atas, biaya yang harus ditanggung sekolah untuk mendatangkan 2 orang dosen sebanyak Rp 16 juta / bulan. Per tahun totalnya 10 x Rp 16 juta = Rp 160 juta (ambil 10 bulan sebab yang dua bulan umumnya tak ada KBM ketika akhir smemester ke-1 dan ke-2). Uang dari mana? Kalaupun uangnya ada,  lebih baik uang itu digunakan untuk membangun infrastruktur yang menguasai hajat orang banyak, semacam merenovasi WC sekolah, perpustakaan, atau yang lain.

Berkaitan dengan kehomogenan siswa dalam satu rombongan belajar, bagi sekolah-sekolah yang biasa sepertinya cukup sulit. Lain halnya jika mengambil contoh SMA Negeri 3 Bandung, yang diterima melalui jalur SNMPTN undangan sebanyak 98 siswa (dari 98 , 96-nya masuk ke ITB) – data tahun 2012 yang dibeberkan oleh Dr. Tedy Setiawan pada saat Sosialisasi  Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru 2015 untuk orang tua/wali siswa kelas XII di SMAN 1 Majalengka , 18 Oktober 2014.

Ketika siswa telah homogen (atau mungkin masih dipilah-pilah dalam pilihan-pilihan  program) seperti yang ada di SMAN 3 Bandung, mengundang dosen ITB tidak mengalami kendala. Belum lagi jarak antara sekolah dengan kampus ITB sangat dekat (dalam satu kota).

Dengan melihat penyelenggaraan kelas akselerasi (yang sudah) dan rencana wadah program pendalaman minat, rasanya banyak pihak yang menyesalkan mengapa kebijakan seperti muncul. Okelah, mungkin program akselerasi selama ini masih banyak carut marut dalam pembinaan atau dalam perekrutan, itu kita akui. Akan tetapi program pendalaman minat tampaknya akan menjadi sebuah hiasan administratif saja. Menjadi sebuah program yang indah tetapi mubadzir. Tidak lebih.

Hallo anak-anakku yang superior !

Anak-anakku yang superior, kalian memiliki IQ superior minimal 130 adalah karunia Tuhan. (Mungkin) milik kalian yanag satu ini menjadi kebanggan bagi dirimu, dan juga orang tuamu. Tapi apa daya, mulai sekarang tak ada lagi harapan kalian untuk menjadi anak-anak aksel (demikian kebanyakan siswa menyebut aksel untuk akselerasi).

Tidak usah bersedih. Sekolah adalah tempat untuk berlatih bersosialisasi. Di kelas yang wajar kalian akan lebih nyaman untuk mengembangkan potensi. Tak perlu buru-buru untuk segera lulus SMA / SMP hanya 2 tahun. Tak perlu buru-buru untuk mengejar kuliah perguruan tinggi yang diselengarakan di SMA sehingga kalian memaksa sekolah untuk membuka program pendalaman materi. Sadari, satu buah program berdampak kepada banyak hal dan seribu petimbangan.

Kepada orang tua (yang tadinya akan membanggakan anaknya bakal masuk kelas akselerasi) mungkin ini jalan terbaik bagi putra-putri kita. Perjalanan kita selalu beriringan dengan kebijakan pemerintah. Dulu ada perpanjangan waktu sekolah (1978) kita tak berdaya, dulu ada pelajaran PSPB kita juga mengikuti, nanti (jika jadi kenyataan) pendidikan S2 (pasca sarjana) harus ditempuh selama 4 (empat) tahun, ya kita harus mengikuti juga. Apapun peraturan yang ditentukan oleh pemerintah, mari kita pikirkan dengan arif akan manfaatnya.

Selamat berjuang anak-anakku yang superior, potensimu sangat terbuka untuk dikembangkan dalam kondisi apapun. Berprestasilah. Sumbangkan potensimu untuk peningkatan kualitas bangsa dan negara ini. ***

Majalengka, 20-10-2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun