Mohon tunggu...
Didik Agus
Didik Agus Mohon Tunggu... Mahasiswa - menulislah maka kamu akan dikenang

arabic language and literature

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Biografi KH Mahsun Gresik, Pemikirannya dan Pesan-pesan Beliau Sebelum Wafat

21 Februari 2022   19:45 Diperbarui: 21 Februari 2022   20:00 1686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Mbah Juwaini juga memiliki sifat tawakkal yang luar biasa, sehingga semua putranya tidak ada yang disekolahkan. Bahkan suatu ketika mbah Juwaini diberi kambing oleh seseorang, kemudian mbah Juwaini langsung menyuruh santrinya supaya memasak kambing tersebut dan dihabiskan hari itu juga.

            Waktu pun terus berjalan. Hingga mbah Juwaini meninggal dunia. Pondok Pesantren yang diasuhnya pun mengalami vacum, sedikit demi sedikit mulai hilang santrinya. Ketika meninggal dunia, mbah Juwaini tidak meninggalkan harta warisan sedikitpun kepada keluarganya. Suatu ketika gus Hamzah (putra terkecil mbah Juwaini) bertanya kepada ibunya, "Kenapa to bu, kok abah kayak gitu?". Ibunya menjawab, "iyo le, abahmu iku gak mau mewariskan ke salah satu anaknya dan gak mau menyiapkan ke salah satu anaknya. Mengko nek ono sek iso neruske pondok, berarti anak kui pancen sing mampu neruske. Dadi ora ono dulur-dulur sek iri". Gus Hamzah akhirnya dipondokkan ke sarang dan akhirnya gus Hamzah aadalah putra mbah Juwaini yang bisa meneruskan pondok.

            Melihat Mahsun yang mempunyai keistimewaan tersendiri dimata mbah Juwaini membuat mbah Juwaini ingin agar Mahsun menjadi menantunya. Namun pada saat itu juga Mahsun mendapat surat dari bapaknya untuk segera pulang untuk dinikahkan dengan sepupunya yaitu Fatayah.

            Mahsun pun pulang dan menikah dengan Fatayah binti H Khannan. Ketika itu mahsun berumur 25 tahun. Mahsun dan Fatayah dikaruniai 5 putra yaitu:

  • Qurrotul baidho'
  • Nafisul atho'
  • Jazilus sakho'
  • Khullatul khauro'
  • Roihanatul aina'

H Khannan adalah adik Saudah (ibu kandung Mahsun). Beliau adalah orang yang sangat kaya sehingga beliau dijuluki "tuan tanah" karena memiliki tanah yang luas. Beliau juga memiliki 50 pasang sapi. Padahal pada zaman itu 1 sapi saja sudah bisa untuk pergi haji.

Ketika Mahsun sudah dirumah, Mahsun merasa tidak bisa mengaji. Akhirnya kitab-kitab yang bolong mulai ditambal lagi. Mahsun juga mengaji kitab kutubussittah setiap hari yang sanadnya beliau dapatkan dari mbah Juwaini di Pondok Pesantren Alhidayah, Tertek.

      Di masyarakat Mahsun dipasrahi untuk mengurusi masjid dan sekolah. Beliau juga menjadi takmir masjid jami' al ihsan. Selain itu, Mahsun juga menjabat sebagai ketua pengurus yayasan yang didirikan bersama masyarakat dan atas nama masyarakat yaitu Yayasan Al Fatah.

      Pada tahun 1979, yayasan al fatah yang diketuai oleh Mahsun mengalami perkembangan pesat. Sehingga didalamnya terdapat TK, RA, 2 MI, MTS, SMP, MA, dan Peguruan Tinggi yang santrinya mencapai 2000 an. Ketika itu, Mahsun tinggal di rumah mertunya, H Khannan.

Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari telah berlalu sesuai alurnya. Hingga pada tahun 1993 mahsun mulai gelisah. Karena mahsun punya filosofi tentang kehidupan yaitu "Hidup itu seperti jarum jam, dimulai dari jam 6, 7, sampai 12. Kemudian turun dari jam 12, 1 sampai jam 6 lagi". Kata beliau, "waduh saya kok sudah hidup di situasi enak seperti ini, jangan-jangan saya sudah berada di posisi jam 12".

            Mahsun pun beruzlah dari rumah mertuanya sendirian karena istrinya tidak mau ikut. Mahsun pun tinggal di tegalan pojok desa bekas kandang sapi milik mertuanya. Setiap hari makanannya diantarkan oleh istrinya. Mahsun pun berfikir "ini harus dimulai dari awal lagi".

            Setelah uzlah selama 3 tahun, Mahsun pun mendirikan Pondok Pesantren tanpa nama pada tahun 1996. Seiring dengan bertambahnya jumlah santri, maka ia menamakan Pondok Pesantren Mamba'ul Ihsan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun