Mohon tunggu...
Dicky CahyaGobel
Dicky CahyaGobel Mohon Tunggu... Buruh - Orang biasa

Mencari tahu dalam ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ramadan, Jalani Bulan yang Suci dengan Pikiran yang Jernih

23 April 2021   15:35 Diperbarui: 23 April 2021   15:42 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

* "Ngabuburit sambil main game online di pojokan teras rumah, tiba-tiba lihat mantan boncengan sama pacar barunya".

Berbagai contoh di atas, bisa membuat emosi kita meledak, bila tidak mengelolanya dengan baik. Pikiran yang baik, secara otomatis, akan menciptakan interpretasi yang baik. Dan interpretasi yang baik, bisa merubah emosi kita jauh lebih positif.

Dalam ajaran Stoa, Representation atau Interpretasi kita akan menentukan emosi ( negatif atau positif) kita. Maka dari itu, ada baiknya mendudukkan sebuah Impression (peristiwa) secara objektif atau netral; agar terhindar dari interpretasi otomatis yang negatif.

Selain ajaran Stoa, cara pandang yang mirip dengan esensi aliran Stoicisme ialah nilai-nilai dari ajaran Islam Nusantara.

Mayoritas orang-orang Indonesia yang memeluk agama Islam, terus mengamalkan nilai-nilai keislaman yang arif; salah satunya ialah "Nilai Moderat".

Dalam kitab suci Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 143; dimana umat Islam dijadikan sebagai umat yang moderat (wasath), yang kemudian diajarkan oleh Baginda Rasulullah Muhammad SAW (Sumber : NU ONLINE).

"Udah make bahasa kultum rupanya ... Hehe"

Pada prinsipnya, sikap moderat berarti mampu membaca dan memahami realitas yang ada. Tidak gegabah, atau ceroboh. Mampu mempertimbangkan segala sesuatu, termasuk kebaikan dan keburukannya.

Dengan mempraktikkan sikap moderat, kita akan lebih mengarahkan pikiran kita menjadi baik. Lebih menghargai dan menerima situasi dengan persepsi yang positif.

Nilai keislaman ini sangat bermanfaat bila digunakan dalam keseharian kita. Lebih-lebih, bagi yang akan atau sedang bermasalah dengan situasi yang dialami.

Bulan Ramadhan, seyogyanya, tidak sekedar menahan lapar dan haus. Lebih dari itu. Puasa di bulan Ramadhan harusnya bisa melatih diri; mengelola persepsi. Olehnya itu, jalanilah Ramadhan kali ini, dengan "Hati bersih dan pikiran yang jernih" (bebas dari prasangka buruk kepada siapapun dan dalam situasi apapun; termasuk godaan Es Boba di story WA) agar emosi tidak melukai diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun