Dengan adanya kebijakan Quantitative tightening (QT) akan berimbas pada berkurangnya atau langkanya pasokan dolar AS di pasar internasional, akibatnya kekuatannya akan semakin meningkat terhadap nilai mata uang negara-negara lainnya.
 3. Sumber-Sumber Dolar AS Mengering
Global Trade Analytics Suite pada bulan  Oktober 2022 memperkirakan  pertumbuhan perdagangan dunia tahun 2022 akan mengalami kontraksi, atau di bawah nol dan berlanjut hingga 2023 sebelum naik kembali pada 2024.
Penurunan aktivitas perdagangan dunia memicu menurunnya likuditas dolar AS secara global, sebab dari sanalah likuditas dolar AS menyebar keberbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Menurut data IMFl, pangsa pasar ekspor AS dalam perdagangan dunia mengalami penurunan, dari 12% menjadi 8% sejak tahun 2000, namun pangsa pasar mata uang dolar AS dalam kegiatan perdagangan dunia tetap bertahan di angka 40%.
Di Indonesia, pertumbuhan impor yang tinggi memicu kelangkaan dolar AS, karena kebutuhan akan dolar AS meningkat.
Meskipun dalam neraca dagang terlihat selalu surplus,namun secara tahunan nilai impor lebih tinggi dari ekspor, yaitu impor di angka 36,77% dan ekspor diangka 25,31%. Â
4. Eksportir Sengaja Tahan Dolar AS
Kenaikan suku bunga acuan di AS juga berimbas pada kenaikan suku bunga simpanan valuta asing di semua negara, termasuk Indonesia. Prediksi ekonomi yang suram dan penguatan nilai dolar di waktu yang akan datang menjadi alasan bagi pemilik dolar AS untuk menyimpan uangnya ke dalam simpanan, lebih buruknya lagi, banyak yang menukarkan tabungan rupiahnya ke mata uang dolar AS. Para eksportir juga enggan menukarkan uang mereka kedalam mata uang rupiah, dan lebih memilih untuk menyimpannya dalam nilai dolar karena prospek ekonomi yang buruk di hari mendatang.
5. Asing Berbondong Keluar Dari Pasar Obligasi
Pada Oktober 2022, dalam data kementerian keuangan, tercatat dana asing yang keluar dari pasar Surat Berharga Negara mencapai Rp. 172,80 triliun atau sekitar US$ 11 miliar. Dana keluar tersebut kelihatannya benar-benar keluar dari Indonesia, dan tidak termasuk kedalam pasar saham yang status aliran dana asingnya masih positif. Hal ini dikarenakan investasi di saham lebih pemerintah.
6. Bayar Dividen dan Bayar Utang